Malam soblog. Apa bakar?
Gue sehat. Gue semangat dan gue akan posting lagi. Kalian
seneng, ga’ sih? Gue seneng banget bisa posting tiap hari. Sepertinya kalau gue
udah posting, beban hidup gue lima puluh persen berkurang. Itulah gue. Soalnya
ada kesenangan tersendiri ketika gue udah selesai posting.
Malam hari yang berbahagia ini. Gue akan bahas tema ‘keluarga’.
Gue bakalan ceritain tentang keluarga gue. Keluarga yang, apa yah? Keluarga
yang sederhana. Namun, banyak kebahagian yang tercipta.
Mari kita mulai dari Ayah dan Ibu gue. Ayah lahir dari Nenek
gue yang bernama Sarilam Tambunan dan Daem Munthe. Kisah kelahiran ayah ini
punya cerita loh soblog. Cerita ini diceritain mamah ke gue. Waktu itu gue
tanya ke mamah gue ‘Mah, kenapa ayah dikasih sama kakek dan nenek, nama yang
aneh?’ Tanya gue waktu itu.
Jadi, soblog. Nama ayah gue itu Salamat Munthe. Dan arti
dari nama ayah gue kalau Bahasa Indonesia yakni Selamat. Kebingungan pun
terjadi ke gue karena nama ayah yang sangat familiar
ini.
Dengan nama ayah yang mudah, dan sering disebut-sebut.
Membuat temen-temen gue waktu kecil sangatlah mudah meledek, ataupun mengejek
gue. Walaupun tidak secara langsung, mungkin dengan nyanyian atau semacamnya.
“Dulu” Mamah mulai bercerita. “Setelah nenek dan kakek mu
menikah. Mereka hidup sangat bahagia. Lalu nenekmu hamil, dan setelah
mengandung Sembilan bulan. Nenekmu melahirkan anak pertama mereka” cerita mamah
persis seperti dongeng yang selalu dikisahkan para ibu kepada bayinya. Setelah
berhenti sejenak. Mamah melanjutkan.
“Kakekmu dulu sangatlah bahagia. Namun, Na’as terjadi. Mamah ga’ ingat di umur keberapa. Anak mereka itu
meninggal dunia” Setelah mendengar itu gue sempat memotong. “Karena apa, mah?”
“Sakit. Yah, sakit. Kakekmu sangat sedih saat itu. Sedih
sekali” Mamah rada lebay. “Mereka kembali ke kehidupan yang seperti dulu. Tanpa
anak. Setelah kehilangan anak pertama itu. Nenekmu kembali hamil, dan
melahirkan anak kedua” Melihat mamah member jeda sedikit, gue kembali nanyak “Itu,
ayah mah?”
“Belum. Itu anak mereka yang kedua. Kamu tau, apa?” Mamah
ajak gue menghayal.
“Apa, mah?”
“Anak itu meninggal dunia lagi”
“Hah?”
Gue ikut-ikutan sedih
mendengar ucapan mamah itu. Anak kedua mereka juga meningga dunia. Pasti
saat itu kakek dan nenek sedih banget. Oia, soblog. Gue ga’ kenal loh sama
kakek gue yang dari ayah. Soalnya gue lahir, kakek udah ga’ ada.
Sekedar poto aja juga ga’ ada. Soalnya, jaman dulu banget.
Handphone belum ada. Kamera juga jarang. Jadi, sampai sekarang gue ga’ tau
wajah kakek. Kalau nenek gue ingat, wajah nenek mirip sama adiknya Ayah. Unden
Dalima namanya.
Kembali cerita mamah berlanjut.
“Iya, anak kedua itu meninggal. Kakekmu dan nenekmu
sangatlah sedih. Lebih sedih daripada yang pertama. Kakekmu sampai trauma
soalnya udah dua anak meninggal” Hening. “Lalu, nenekmu hamil dan melahirkan
lagi. Ini anak ketiga” Sekedar info soblog. Semua anaknya Kakek dan Nenek itu
cowok semua.
“Ayah, ya mah?”
“Bukan” Jawab mamah seadanya, berharap gue ga’ memotong
ceritanya lagi.
Sempat terfikir di benak gue. ‘Jadi, ayah anak ke berapa’.
“Sama hal-nya dengan anak pertama dan kedua. Anak ketiga
inipun meninggal kembali” Gue jadi pengen nangis dengernya. Tapi tunggu, apa
emang meninggal semua. Kok segitunya. “Kakekmu pun pasrah. Dia sudah tak
perduli lagi, mau punya anak atau ga’? Toh, akhirnya meninggal dunia juga.
Fikir kakekmu waktu itu. Dia udah yakin emang kalau anak yang ketiga ini juga
bakalan meninggal”
Cerita mamah ini emang beneran loh soblog. Tiga-tiganya,
anak Nenek dan Kakek meninggal dunia, bayangin soblog. Tiga. Bukan cuman satu.
“Lalu, nenekmu kembali hamil. Nah, ini baru ayahmu” Gue
seneng dengernya. Berarti ayah sehat waktu itu. “sampai tiba saat-saat
melahirkan. Kakekmu ga’ peduli sama sekali. Dan lahirlah ayahmu”
Yeeeee…. Gue bersorak dalam hati. Tapi, loh lucunya dimana?
Apa yang lucu dengan kelahiran ayah? Mamah lanjut terus.
“Sampai ayahmu lahir. Nenekmu sangat senang, tetapi lain
dengan kakekmu iya begitu tak peduli. Cuek. Dan tercetuslah omongan kakekmu
yang begitu lucu, begini” gue ga’sabar dengernya. “ Kakekmu bilang pada ayahmu
yang masih bayi ‘SUDAH. KALAU KAU MAU MENINGGAL. MENINGGAL LAH…’ gitu Padahal,
baru saja nenekmu melahirkannya. Kakekmu udah pasrah dan yakin kalau ayahmu
bakalan meninggal juga”
Hahahaha… Gue sedikit tertawa mendengar penjelasan mamah.
Kata-kata kakek itu sepertinya sangat sangar. Soalnya, orang Batak omongannya
itu kasar soblog. “Dan kau tau, Hamdan sampai udah lama, Ayahmu masih hidup.
Kakekmu jadi menyesal. Makanya ayahmu dikasih sama kakekmu namanya Salamat.
Soalnya udah tiga anaknya, ga’ ada yang hidup. Cuman ayahmu yang selamat”
Cerita diakhiri dengan ending
yang bahagia. Tau ga’ waktu mamah ceritain ini. Ayah yang sedang nonton TV
senyum-senyum mendengarnya. Gue melihat suasana itu. Gue juga ketawa setelah
mendengar ayah dikasih nama itu.
Dan kini anak kakek dan nenek itu ada enam bersaudara. Empat
laki-laki dan dua perempuan. Kisah dibalik nama adik ayah yang lain guebelum
cari tau. Beriku nama adik dari ayah.
1.
Juaro Munthe
2.
Kasehan Munthe
3.
Maridin Munthe
4.
Oloan Munthe
5.
Dalima Munthe
Cukup sekian dari kisah dibalik nama ayah. Mungkin gue bakal
pos lagi tentang keluarga gue dilain waktu. Jangan lupa soblog gue ingetin.
Follow twitter gue di
@hamdanmoonthe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar