Sabtu, 23 Mei 2015

BUKU MADIS DARA MANIS (KISAH LUCU BUKAN MAGIS)


Hai soblog..
Apa bakar??? Sehat kan???
Lama ga’ ngepos, gue jadi kangen sama sobat bloggers semuanya. Sebenernya bukan ada halangan untuk ngeblog. Lagi-lagi karena kata malas yang membuat gue harus absen dari blog beberapa minggu ini.

Di postingan kali ini, gue mau membahas yang terjadi pada gue, kemarin. Dari judul diatas, para soblog tentu berfikir. ‘Apa maksudnya’ ya kan, ya kan? Hahahaha. Gue kok seneng amat hari ini? Soalnya followers twitter gue nambah satu.

Pengen sih gue rayain dengan motong nasi tumpeng. Tapi sayangnya, gue ga; bisa buat nasi tumpeng. Masak nasi biasa aja selalu berubah jadi bubur. Kalau enggak masak nasi eh waktu diangkat jadi beras lagi. Aneh kan?

Karena ceritanya mulai lari dari jalur. Kita benerin lagi yah? Okeh?
Kemarin, hari Jumat. Berhubung minggu kemarin mata kuliah gue berkurang satu. Sehingga kemarin gue tinggal satu mata kuliah lagi. ‘Matematika Diskrit’

Karena gue ga’ punya buku paket di mata kuliah itu. Gue minjem nih ke salah satu temen gue dikelas sebelah, yang kebetulan hari itu juga masuk dimata kuliah Matematika diskrit. Emang gue sering minjem buku setiap hari Jumat.

Dosen masuk. Masuk kandang. Hahaha, masuk kelas maksudnya. Masa kandang, emangnya dosen kami Tumbuhan apa? Oala salah lagi. Emangnya dosen kami Hewan apa? Enggak kan?
Pembelajaran dimulai.
“Hari ini, ibu akan memberikan soal MID kepada kalian, dan dikumpul besok. Kalian maunya jam berapa? Jam sebelas apa jam dua?” Tanya dosen member kesempatan untuk kami memilih. “KOSMA, jam berapa?” Tambahnya lagi. Udah kenyang?? *apaan sih

“Jam 11 aja bu?”
Keputusan yang salah menurut gue waktu itu. Gue kan bangun lama nih. Bisa-bisa gue ga’ sempet ngerjain kalau ngumpulnya jam segitu. Akhirnya, dengan diam seribu bahasa gue menerima keputusan itu.

Dosen keluar. Keluar kandang. Aitss, gue salah ketik lagi. Keluar dari kelas maksudnya. Kenapa dari tadi gue ingatnya kandang melulu yah? Jangan-jangan naluri kehewanan gue yang membisikkan itu. *kita ke cerita aja lagi ya?

Plantang plenteng, KOSMA maju ke depan. “Teman-teman, blab la bla” jelasnya sesuatu yang kurang penting. Eh penting deh. Soalnya ini masalah kampus. Info kedua “Begini teman-teman, bagaimana kalau kita mengerjakan soal MID itu hari ini juga, jadi besok kita tidak perlu ke kampus lagi”

Okeh juga. Fikir gue.
Dengan alur cerita yang gue males nulisnya. Akhirnya kami dibagi kedalam empat kelompok untuk mengerjakan soal MID itu. Setiap kelompok mengerjakan satu soal. Gue berada dikelompok pertama. Makhluk yang ada satu kelompok dengan gue.
*Mbak fitri: Paling sibuk marahin gue. Sampai gue jadi stress
*Wak Juli: Taunya Cuma nungguin jawaban doang. Dia sibuk dengerin radio
*Juliana: Ngobrol doang sama Indra
*Indra: Temen Juliana ngobrol
*Dea: Grasak grusuk tak menentu
*Mamak (Nazla): Dia ngapain ya? Kayaknya Cuma megang HP android aja kerjany
*Dila: Menggosip sama dea

Ya udah gue mondar mandir nanyain sama yang jauh lebih pinter dari gue tentang jawabannya. Tanya sama Jessika (Mila) bukannya dapat jawaban eh malah tambah oon guenya. Minta catatan Zahwa, eh catatannya ga’ lengkap. Nah, nanya Desi barulah otak gue sedikit mencair. *untung ga’ meleleh.

Dikelompok lain udah pada sibuk nyari jawaban. Kelompok gue sibuk nungguin jawaban. Akhinrnya dengan gentle (Asik) gue mulai maju ke depan menjawab pertanyaan yang ada.
Gue udah tulis di depan. Ada aja makhluk yang jahil.
“HAMDAN, Tulis ulang lah yang cantik. Kami ga’ tau dari mana baru kemana?” Suaranya mengalahkan auman Harimau.
‘Sabaaaar’ dalam hati gue. Padahala gue udah tegang pengen mengutuk orang itu jadi orang utan.

Gue perbaiki lagi dengan cantik. ‘PUAS LO’
Emang yah? Dikelas gue ini ada aja makhluk yang ga’ puas.
“HAMDAN? Itu uda dijamin bener?”
Dikasih jawaban pengen yang bener. Eh, tanya dosennya lah. Kalau mau bener lagi, sana gih shalat Istikharah dulu, minta pendapat Allah SWT.

Belum lagi saat gue udah siap nulis dan mereka tulis kedalam lemar jawaban. Ternyata ada sisa yang belum gue tulis. Gue maju lagi. Ada lagi yang nyolot.
“LOH, yang tadi salah?”
“LOH, apa lagi itu Hamdan?”
“LOH, jawaban tadi uda kami tulis loh Hamdan?”

Ampunni hamba tuhan.
“INI PENAMBAHAN” Suara gue masih lembut disini. Gue ga; mau sisi kebaikan gue pudar hanya karena kalimat-kalimat diatas.

“OH…. Banyak ga’?
“Kayaknya ga’ muat lagi lah?”
Hem. Gue pasrah. Teman-teman ini emang yah, bikin emosi aja.

Itulah sekilas perjalan gue kemarin. Lalu apa hubungannnya dengan Judul diatas? “DARA MANIS”

Begini.
Buku yang gue pinjem ternyata hilang. Padahal waktu gue pinjem sama temen gue itu dia bilang “Jangan ilang ya, Hamdan” Gue dengan pede jawab.
“Mana mungkin gue ilangin”

Lalu ternyata emang bener bukunya ilang. Tadi bukunya tukeran sama Dea. Dea emang udah bilang sama gue. “Hamdan, buku kita ketukar”
Gue dengan santai bilang. “Nanti ajah” Karena gue masih sibuk ngerjain soalnya.
Dan sekarang ilang. Gue stress. Tanya Dea. “Tadi aku letakin disini, Hamdan”
“Jadi mana. Itu aku pinjem loh Dea”

Gue modar-mandir. Emosi gue belum memuncak sampai disini. Saat gue keluar mau nyari tahu mungkin ada temen yang tak sengaja ambil bukunya. Tiba-tiba wajah gue dicoret sama kue Ulang tahun. Pelakunya itu Rafsanjani, si kampret satu itu buat gue emosi. Gue lagi stress nyari buku bisa-bisanya dia masih main-main.

Gue tau emang walaupun gue emosi. Wajah gue masih imut (hehehe) tapi gue lagi stress nyari buku itu. Padahal gue udah janji bajalan jaga buku itu. Semua orang gue tanyain. Dea ikut andil mencari.

Saat gue masih sibuk, Dea datang.
“Hamdan…. Ini bukunya?”
Alhamdulillah. Fikir gue.
“Tadi kebawa sama Wahida”

Liat kan soblog. Semua temen gue emang cari masalah hari itu sama gue.
Sebelum dapet gue sempat tanya sama Khairul siapa nama atau apa tanda-tanda buku itu.
“Ga’ au namanya Hamdan. Pokonya ada namanya ditengah-tengah lembar pertama”

Gue cek buku yang dikasih sama Dea.
Tertulis nama Indah “DARA MANIS” dan tanda tangan cewek itu dibawahnya. Gue tanya temen sekelas tak ada yang tahu siapa Dara Mani situ. Kelas sebelah gue. Mereka masih belum keluar karena masih ada Dosen. Sepanjang menunggu mereka nama Dara Manis berpuluh kali gue sebut. Dan temen-temen gue juga membahas tentang si Dara Manis.

Rais sempet pengen minjam bukunya.
“Aku minjem bukunya lah”
“Jangan, ini Punya Dara Manis” kata gue, padahal gue belum tahu siapa itu Dara Manis.

Sampai mereka (kelas sebelah) keluar. Gue kembaliin sama temen gue itu (Ayu) bukunya dan nanya siapa itu Dara Manis.
“Yu, buku yang  gue pinjem namanya Dara Manis. Siapa sih itu?”
“Ada deh” Katanya.

Sampai sekarang gue belum tau siapa itu Dara Manis. Gue masih penasaran, dan sepanjang jalan menuju gerbang temen-temen nanyak. “Hamdan siapa jadi si Dara Manis itu?” Gue hanya bisa jawab.
“Ga’ tau”

Siapapun engkau Dara Manis. Makasih uda mau minjemin bukumu untuk gue, walaupun sempat hilang. Tapi gue udah berusaha untuk mencarinya dan akhrnya kembali ke tanganmu. Minggu depan aku minjem lagi yah Dara Manis. Heheheh

Oke soblog sekian dulu yah?
Bye…. Jangan lupa follow
@hamdanmoonthe