Selasa, 10 Maret 2015

WAK ANGKOTNYA NGOCEH TERUS.....!!!!!

Hai, soblog...
Apa bakar???

Asek, gue baru ngisi pulsa modem gue lagi nih soblog. Jadi, gue bisa posting setiap waktu nih. Para soblog ga' usah capek-capek nunggu postingan gue lagi. Hahaha... Sebelumnya gue agak lebay dikit boleh ga'?

Gue mau terima kasih sama Ayah dan Ibu yang udah mau membiayai gue hingga gue bisa membeli pulsa modem. Walaupun ga' ada budget khusus untuk modem. Tapi, uang yang dikasih sama ayah dan ibu gue sisihkan. Mungkin soblog bisa juga menyisihkan uang jajannya untuk yang berguna. (Hadeh, nasehat gue ntu). 

Soblog, dimanapun anda berada. Gue mau nanyak? "Pernah naik angkot, ga'?" Kalau jawaban para soblog pernah."Apa sih yang soblog suka dan benci dari angkot?". Mungkin soblog akan jawab, 'panas', 'sempit' dan macam-macam lainnya.

Gue ga' bakalan ngomongin hal itu dulu. Gue mau curhat dulu ke soblog tentang sopir angkot yang gue naikin pagi tadi. Sebut saja namanya 'Bunga' (Penjual Boraks kali). Wak 'bunga ' ini udah tua. Tua dan keriput. Sedikit. 

Angkot yang gue naikin ini berwarna merah. Merah mengkilap. Seolah tanpa debu. Debu jalan, maupun knalpot. Terlihat licin. Mungkin kecoa bunting yang mencoba naik bakalan keguguran deh. Soalnya dia bakalan kepeleset.

Gue naik dengan melangkahkan kaki kanan gue. Biar afdhol. Duduklah gue dengan gaya bersandar kebagian sandaran angkotnya. Kebetulan gue duduk disamping wak bunga. Tau ga' sih soblog. Ini bener yah? Saat gue melihat, tepat di depan gue ada dua kaca berukuran kecil yang mungkin berdiameter 10 gue lihat gue seraya berkata dalam hati 'Ihhh... Kok gue gantengan yah?'. Ingat. Kaca didepan gue, berebentuk cekung dan bukan kaca spion.

Terus gue liat kaca spion yang biasa supir angkot gunain buat liat pengendara lainnya yang ada dibelakang.Gue tatap dan 'kok disini ga' seganteng yang ini, yah?' batin gue berucap. Gue langsung cuekin kaca spion itu. Gue kembali menatap kaca yang tepat ada di depan gue.
'Gue ganteng, putih, dan rapi banget'
Lagi-lagi gue memuji diri sendiri dalam angkot. Dengan sesekali senyum, membentuk wajah cool di depan kaca itu.
'Gue ga' salah liat?'
Rasa percaya diri gue kembali memudar setelah menatap kaca spion sebelah tangan kiri gue.
'Brengsek, kenapa muka gue beda yah? Atau aslinya gue emang jelek yah?'

Beberapa kali gue mastiin gue ganteng atau ga'? Dan itu sampai gue tiba dikampus.

Kembali kepada wak bunga. Ternyata wak bunga ini masih jiwa muda soblog. Terlihat dari dia mengendarai angkot ini dengan sangat kencang. Rambut gue beberapa helai terbang dan gue coba tangkap. Namun, oh ternyata itu hanya fiktif belaka. Hahahaha

"Kasih dulu ini?" Sambil memberikan uang limaratus rupiah atau yang sering disapa akrabnya dengan gopek ke gue, Wak angkot itu nampaknya sudah hafal betul, kalau lewat dari jalan ini, mesti membayar uang kewajiban.

Para petugas dari Dishub ini memang setiap hari memungut uang dari para sopir angkot yang melintas. Gue sih ga' pernah nanyain itu uang untuk apa. Lagian bukan urusan gue. Sopir angkotnya kan bukan gue.

Sebelum sampai disini pun sopir angkot yang satu ini sudah ngomong ini itu. kalau kata orang Medan, 'BACAKAP aja' Gue ga' tau apa keluhannya. Suaranya ga' jelas. Yang gue tangkap dari beberapa omongannya adalah. Uwak ini butuh teman ngobrol.

Angkot melaju kencang.
"Udah lewat gang murni yah?"
"Udah pak?"
"Ga' nampak ku tadi, ada anak AMIK tadi"

'Ya ampun, kalau emang bapak liat kok ga' berenti'. Emang bener, penyesalan selalu datang belakangan. Itulah yang bapak angkot ini rasakan.

"Datanglah nanti polisi ini, tengoklah?"
Sumpah gue ga' tau bahasan apa yang sedang tukang angkot ini bicarakan. Sambil melirik ke gue untuk mendapat respon. Gue tersenyum aja. Sambil melihat kaca yang ada di depan gue. 'Gue ganteng' 

"Memang, anak muda sekarang. Mau balap tapi ga' tau posisinya ini"
Hello uwak Bunga. Gue lagi-lagi disuguhi dengan premis yang gue sendiri bingung. Rupanya wak angkot ini melihat ada sopir angkot yang masih muda dan ngebut.

"Lihat itu. Duluannya tadi dia berangkat daripada aku. Tapi, aku juga yang duluan sampai. Karena aku tau dimana harus dibalap. Adanya pulak saatnya kita membalap"

"Hehehehe" Gue senyum dan sesekali melihat kearah luar untuk memastikan kalau wak bunga ini emang lagi ngomong ke gue.

Sepanjang perjalanan ngoceh mulu nih sopir angkot. Gue butuh ketenangan kali wak. Tepat di depan UNIMED (Universitas Negeri Medan) si wak bunga jumpa dengan sesama kawan sopir angkot. Lebih tepatnya berselisih.

"*^^$#^&*()_&&&"
Gue bingung mereka lagi ngomongin apa. Yang jelas mereka sedang berbincang tentang angkot.
"Ini pak" Seorang penumpang turun dan membayar ongkos dua ribu rupiah.
"Cuma satu orang yah?"
Wak bunga ngomong. Padahal dia liat sendiri yang turun emang cuma satu orang.

Setelah berbincang dengan sopir angkot yang tadi. Ia kembali ngoceh...
"Namanya bosnya masuk angin" apalagi sih wak "Kalau dia mau narek, kubilang dari pagi sekalian. Aku ga' pernah ga' setoran. Walaupun aku ga' narek aku tetap setoran. Kau tanyaklah tempat pemberhentian angkot. Apa pernah aku ga' bayar setoran? Selalu kubayar. Pigi pun aku nanti seminggu pasti selalu kubayar. Makanya kadang orang itu bilang samaku 'Korupsi apanya kau?' karena aku tau bosnya masuk angin. Makanya aku ga' pernah ada utang. Kalau ga' percaya pulak kau. Tanyai, iya kan?"

Sungguh keterlaluan. Gue ga' tau apa maksud dan tujuan si uwak ini ngomong. Gue ga' paham. Sama sekali enggak. Gue ga'' ada nanyak. Penumpang yang lain pun ga' ada nanyak. Tapi si uwak yang satu ini ngoceh terus. Udah ngomong alurnya 'Maju Mundur Cantik' Hadeh...

Maaf ya wak Bunga. Gue ga' ngerti apa-apa. Gue masih lugu. Gue ga' tau apa masalah uwak. Tapi, seberat apapun itu. Sabar ya, wak....

Sampailah gue dikampus....

follow dong
@hamdanmoonthe

#HamdanBikinBlog