Sabtu, 28 Maret 2015

KOK GUE KATANYA GA' BERJIWA KEPEMIMPAN??

Malam soblog. Apa bakar nya nih?

Mala mini malam minggu kan? Gue takut gue salah soblog. Soalnya malam-malam gue semua standard not special. Mungkin sekarang para soblog lagi berduaan sama doinya. Lagi boncengan di atas polisi tidur, suap-suapan di restoran, atau hanya sekedar telponan.

Terserah para soblog. Sedang gue disini sedang menanti si doi nelpon. Katanya sih malam ini mau yayang-yayangan. Lucuna. Hahaha… malam minggu emang bisa di deskripsikan sebagai malam kebahagian, dan malam kekecewaan. Bahagia untuk kaum pecinta, dan kecewa bagi kaum jomblo.

Gue ingat malam minggu kemarin ga’ jauh beda dengan malam minggu gue yang sekarang ini. Hanya saja, tanggal yang berlainan. Itu doang.

Kemarin, gue baru post tentang kehilangan salah satu sosok pelawak yang sangat fenomenal.Gue buat itu emang gue merasa kehilangan orang lucu di Indonesia ini soblog. Gue kalau udah nonton beliau di acara lawak harian ‘Pesbuk*rs’ gue kekeh banget.

Kali ini gue ga’ mau ngebahas tentang itu. Sudah banyak acara di tipi yang bahas, bahkan di berita online rata-rata tentang kepergian Olga Syahputra. Sempat gue berfikir. ‘Entar gue ninggal, seheboh ini ga’ yah?’ Terus batin gue menjawab: ‘Kayaknya enggak deh’. Tetangga gue nyahut ‘Ngarep’. Ceritanya lari.

Pemimpin. Yups, pemimpin. Kali ini gue mau ngebahas tentang kepemimpinan yang berhubungan dengan presentase gue beberapa waktu yang lalu. Kamis. Ya hari Kamis gue maju makalah dengan materi ‘Kepemimpinan Dalam Organisasi’

Sebelumnya, atau hari Rabu gue udah maju untuk pertama kali di semester empat ini, sebagai pemakalah. Di mata kuliah ‘Psikologi Pendidikan’. Gue sebagai pembicara pertama waktu itu. Temen sekelompok gue yang bernama ‘Suryani dan Nurul’ pembicara selanjutnya.

Aman, makalah disini masih aman. Para audience dengan tampang begok percaya aaj dengan gue dan yang lain kalau makalahnya bagus. Padahal emang bagus. HEHEHEH

Selesai makalah ini, gue ngerjain makalah lain untuk besok. Gue yang hanya satu-satunya cowok dikelompok ini, merasa ga’ enak dan pengen pulang karena udah penat banget.
“Eh, gue boleh pulang ga’?” Tanya gue pada salah satu temen kelompok.
Awalnya gue ga’ diberi ijin. Gue diem, wifi an dengan hp gue.

Lokasi gue dan yang lain ini ngumpul di koridor kampus. Tepatnya di depan ruang computer. Lokasi ini emang sering digunakan anak Jurusan gue (Matematika) buat ngerjain tugas, atau hanya sekedar gosipin dosen killer.

Saat gue liat mereka sibuk dan sedikit ada perbincangan.
“Boleh pulang yah?” Dengan wajah senyum namun tampang mesum, gue nanyak. Padahal gue tau, mereka ga’ ada ngebahas tentang boleh pulang.
“Siapa bilang?”

Beberapa kali, ga’ berhasil. Gue kesel amat. ‘Bagaimana mungkin mereka ga’ ngasih gue pulang padahal disini gue ga’ ada kerjaan juga. Gue belum makan dari pagi’
Bener. Gue emang belum sarapan dari pagi sedang jam udah nunjukin  tiga. ‘Gue harus pulang’

Terus salah satu yang mungkin sebagai ketua dari kelompok ini ngomong.
“Lo boleh pulang, but lo yang buat power point nya yah?”
“Iya!”
Gue iyain aja biar cepet. Gue takut dia berubah fikiran. Padahal gue tau gue ga’ bakal ngerjain itu. Hahaha… Liciknya gue. “Tapi, ngirim makalahnya jangan kelamaan yah? Lewat jam Sembilan” sambung gue sambil megangin rambut gue yang ikut bersorak gembira.

“Jangan lewat jam sembilang, maksud lo?”
“Hah. Itu maksud gue”
“Oke deh. Lo kerjain yah?”
“Iya”

Gue pulang. Akhirnya gue bebas dari kepungan cewek-cewek sosialita tingkat primer ini. Gue langsung menuju mobil pribadi gue (angkot). Menuju rumah.

Malam harinya. Gue hubungin salah satu temen sekolompok gue. Oia, soblog belum tau kan yang tadi makalah mata kulaih apa? ‘Telaah Kurikulum’ itu dia mata kuliahnya. Sedangkan besoknya gue harus maju dua makalah.

Pertama. ‘Manajemen Organisasi (MO)’. Makalahnya udah clear gue ga’ ada bantu. Kedua, yang gue bilang barusan ‘Telaah Kurikulum’.

Kembali ke malamnya. Gue menghubungi temen sekelompok gue MO. Namanya Idona.
“Don, coba tanyain file makalah Telaah kami udah dikirim belum?”
“Belum, gue liat tadi belum kelar. Eh file makalah kit ague kirim ke facebook lo yah?”
“Lah, besok kan bisa don”
Ga dibalas.

Karena makalahnya (MO) belum kelar, gue berfikir ‘Ah, besok aja deh gue kerjain di kampus. Itu mah cepet ngerjainnya’

Bener. Gue ga’ cek facebook. Gue udah janji bakalan ngerjainnya dikampus. Gue bangun cepet soalnya masuk jam setengah Sembilan. Pertama mata kuliah praktikum Bahasa Arab. Ada hafalan.
Dosen: “Akhi, Hamdan bahasa arabnya Kipas Angin”
Gue:    “Anu… eh.. tun… aduh” Gue melirik salah satu temen gue yang mencoba member tahu gue jawabannya, dan
Gue:   “Najorotun”
Dosen: “Siapa yang ngasih tau?” Dia curiga.
Gue:   “Kan, minggu kemarin udah dipelajari, ustadzah” Gue senyum senyum, supaya Ibu dosennya percaya.
Dosen: “Akhi Hamdan, bahasa arabnya Kacamata”
Gue:    “Tun.. e.. tun..”
Dosen:  “Najo…” Ibu dosen coba ngebantu.
Gue:    “Najotun” Dengan pasti gue jawab itu. Padahal salah.
Dosen: “Najorotun” Dosen perbaiki jawaban gue yang salah.

Ada beberapa pertanyaan dan semuanya gagap. Gue ga’ tau jawabannya, yang gue tau waktu itu. Semua hafalannya pakai ‘Tun Tun’ gitu dibelakangnya. Untung ga’ gue bilang Atun, Zaitun, atau Pantun. Hehehe

Sehabis mata kuliah praktikum itu (Bahasa Arab) gue siap-siap maju untuk mempresentasekan makalah kami yang berjudul ‘Kepemimpinan dalam Organisasi’
Gue sekolompok dengan temen gue yang bernama Mahda, Idona, Maulidya.

Awalnya sih baik-baik aja.
Dosennya ga’ dateng soblog. Dan sesuai amanah beliau ‘Kalau bapak ga’ datang. Kalian tetap presentase aja’

Dipandu dengan Mahda, gue dan yang lain memulai. Gue dan mereka akan segera memulai. Besedie. Semua adik-adik semester bawah yang mengambil mata kuliah ke atas udah siap. Jadi, begini soblog. Dikampus gue, kalau misalnya IP kamu tinggi, kamu bisa ngambil mata kuliah ke atas.

Gue dan kedua temen gue ini di depan asik becanda aja. Ketawa sana sini. Jahil kepada temen.
“Eh, bilang aja udah siap presentasi ‘Mungkin sekian terima kasih’ gitu. HAHAHAHA, ga usah ada yang nanyak” Disambut degan gelak tawa kami yang menyerupai Dajjal.

Beberapa kali kami di depan rebut banget. Gue juga ketawa-ketiwi  aja kerjaanya. Mungkin karena dosennya ga’ dateng.
Makalah telah disajikan dengan baik, dimana Mahda pembicara pertama, gue Kedua kayaknya, gue lupa.
Awalnya oke oke aja.
Selesai makalah. ‘Masuklah kita ke sesi tanya jawab’ Ucap moderator yang mana tangan-tangan pencari nilai berdiri tegak diudara.
Kami memilih tiga penanya pertama. Dengan banyak bercanda kami memberikan jawaban atas tiga pertanyaan yang ada.

Belum puas dengan jawaban kami. Kami memberikan untuk dua penanya kembali. Nah, disini masalah mulai ada. Salah seorang adik kelas yang berjenis kelamin cowok nanyak. Sebelumnya kami udah seleksi, bahwa ‘Yang udah pernah nanyak. Ga usah dulu’ Biar adil maksudnya.

“Iya silahkan” Moderator member waktu kepada adik an kami itu.
“Terima kasih kepada moderator” Dia ucap salam ga’ yah? Gue lupa “Nama saya R*dw*n dari kelompok” Gue lupa kelompok berapa skip aja “Yang ingin saya tanyakan adalah. Begini ‘Misalnya kita mempunyai organisasi. Dan kita akan memilih ketua, dan setelah kita memilih ternyata orang yang kta pilih itu, tidak memiliki bakat kepemimpinan. Menurut pemakalah bagaimana kita memahami dan mengetahui karakter seorang pemimpin?”

Sampai disini masih aman. Lalu…
“Kemudian, saya melihat para pemakalah. Mempresentasekan makalah tentang kepemimpinan. Tetapi saya lihat pemakalah tidak mencermikan kepemimpinan yang baik. Saya melihat moderator hanya duduk ditempat saja, dan tidak terkondisi dengan baik. Terima kasih” Gue ga’ ingat dia tutup pakai salam atau enggak.

Moderator kami Mahda langsung memerah wajahnya mendengar sindiran yang ditujukan kepada kelompok kami. “Balas… Balas…” Ucapnya pada kami.
Lalu pertanyaan adik kami yang sedikit menyinggung itu langsung ditepis oleh salah satu temen kami Maulidya.
“Mohon maaf kepada saudara ‘Tittt’ Mungkin saudara mengomentar Moderator kami yang duduk saja. Tolong anda lihat di presentase orang lain, mungkin tidak pernah ada mempermaslahkan moderator yang duduk. Dan kami mohon maaf atas perilaku kami sebagai pemakalah”
Semua diam,persis sholat Tahajjud dimalam hari. Dan akhirnya si adik terseut paham dan hanya menganggukkan kepalanya.

Sehabis itu. Gue kalau ngeliat Mahda selalu bilang “Mahda, berjiwa kepemimpinan dong” Setiap kali dia terlihat. Selanjutnya gue maju makalah Telaah yang kemarinnya harus gue kerjain. Dan kabar baiknya, gue ga’ harus ngerjain soalnya udah dikerjain sama mereka. Makalah berjalan baik.

Terima kasih kepada saudara R*dw*n. Gue jadi tau kalau orang itu harus bisa mengkondisikan dirinya dimana saja dan kapan saja.

Oke soblog. Kisah kepemimpinan gue itu aja dulu.
Jangan lupa follow ya twitter gue di @hamdanmoonthe


Jumat, 27 Maret 2015

SELAMAT JALAN OLGA SYAHPUTRA

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu…
Innalillahi Wa Innailaihi Razi’un
Buat para sobat bloggers semua. Mungkin sudah mendengar kabar ini. Olga Syahputra, meninggal dunia.

Sebagai seorang yang mencintai dan mengonsumsi dunia komedi. Saya sangat sedih mendengar kabar ini. Olga orang yang sangat member inspirasi kepada kita semua. Orang yang tak pernah memberi kesedihan.Tawa, dan kebahagian yang selalu terpancar diwajahnya.

Mungkin takkan ada sosok manusia di dunia ini yang bisa menggantikan dirinya. Saya yakin, tuhan hanya menciptakan satu manusia yang seperti dirinya. Dirinya yang selalu menjadi hal yang positif, dirinya yang lahir bagai magnet yang selalu memberikan kenyamanan untuk semua orang yang mengenalnya.

Semoga, kak Olga, bisa menjadi contoh kebahagian yang bisa kita teladani. Ia ibarat malaikat yang senantiasa menghibur orang yang sedang gundah gulana.

Puisi untuk Kak Olga:

‘Celotehmu kebahagian bagi kami…
‘Kata-katamu motivasi bagi kami…
‘Kedatanganmu senantiasa penantian terindah bagi kami…
‘Namun, kepergianmu adalah hal yang paling sulit untuk kami…
‘Tetaplah memberikan kebahagian, walaupun engkau tak bisa terlihat…
‘Tetaplah memberi motivasi, walaupun engaku tak lagi terdengar…
‘Senyumlah disyurga sana…
‘Karena kau begitu berharga…
‘Andai waktu bisa diulang…
‘Tak siap hati ini berpisah darimu…
‘Banyak kebahagian yang belum kami dapat, tetapi engkau telah pergi…
‘Kembalilah… Kembalilah… Kembalilah…
‘Kembalilah ke jiwa kami…
‘Engkau masih kami butuhkan…

Wah, tak siap rasanya sobat, melihat orang yang kita anggap menjadi motivator untuk kita, berpulang ke tangan Tuhan. Rasanya masih banyak hal yang kita butuhkan darinya.




Rabu, 25 Maret 2015

PACAR GUE ULANG TAHUN, LUCU

Malam soblog. Apa bakar?

Tanggal 23 Maret kemarin. Hari ulang tahun cewek gue. Cewek yang cerewetnya ngalahin berita pembunuhan di tipi. Ngalahin hebohnya waktu pesawat Air Asia jatuh. Pacar yang dari dulu ga’ pernah bisa merubah nada bicaranya.

Gue yang masih LDR-an sama dia malam itu tak sedikitpun memberi sesuatu yang special. (Gue emang ga’ romantis). Gue bukan anak Alay yang dateng malam-malam tengah dua belas kerumah cewek hanya untuk ngasih kue ulang tahun. Apalagi sengaja belajar gitar cuman buat nyanyiin lagu ‘Happy Bithday’ di hari ulang tahunnya.

Tau soblog apa yang gue kasih di hari ulang tahunnya? Hanya sebuah ucapan. Ucapan dari anak Alay yang lagi mengimprovisasi diri sedikit lebih romantic. Romantis sih romantis. Tapi, ada fakta yang cewek gue ga’ tau apa-apa soal kata-kata yang gue kirim melalui pesan singkat itu.

Di kejauhan sana gue yakin si doi lagi berfikir “Co Cweet… Aku dikirimin kata-kata yang romantic bingits’

Buat si do’i. Bukannya gue ga’ mau secara natural jadi cowok romantic. Emang gue ga’ bisa. Gue orangnya cuek. Banget. Jadi, maaf banget. Kata-kata romantic itu gue browsing di internet. Hahahaha. Setidaknya gue udah usahakan? Iya kan soblog.
Ini contoh kata-kata yang gue ambil dari internet.
“Met Ultah sayang, smoga slamanya kita bisa berbagi kasih untuk satu cinta dan smoga Allah SWT slalu menjaga rasa sayang diatara kita, Happy Birthday.” Keren kan.

Tepat jam dua belas malam lebih sedikit. Sedikit yah? Gue yang udah nyiapin kata-kata itu beberapa hari sebelum hari milad nya itu, segera mengirimkan beberapa ucapan yang udah siap untuk di persembahkan di ulang tahunnya.

Setelah beberapa yang gue kirim dia balas sms gue.
telpon napa, bang?’
Dalam hati gue berbisik. ‘Kalau gue telpon. Tengah malam begini, tetangga fikir gue cowok apaan lagi. Entar mereka fikir gue udah di booking sama tante-tante’ Idih ga’ banget soblog.

Jadi, dengan tak menggubris permintaannya gue kembali mengirim ucapan selamat ulang tahun untuknya. Kan gue pacar yang baik. Hehehe…

adek maunya di telpon loh bang’
Kembali sms dengan nada meminta itu kembali datang. Gue cuek, ga’ tanggapin. Lalu berlanjut ke ucapan gue yang berikutnya.
PANGGILAN MASUK
Pacar gue. Die menghubungi gue. Tanpa fikir panjang, gue langsung angkat. Gue antusias banget. Karena hape gue android. Asik. Cara ngangkatnya mungkin soblog udah tau. Bener, dibanting. Heh, ya enggaklah. Dengan cara menggeser warna hijau untuk mengangkat. Tiba-tiba, telpon mati.

Gue sms si doi.
cyank, knapa dimatikan. Pokonya slamat ulang tahun ya cyank. Tgl 03 abg balek ke kampung nemuin adek. Abg rindu sma adek’

Hipotesis yang kita dapat dari percakapan pesan singkat diatas, bahwasanya bukannya gue takut dikira yang enggak-enggak sama tetangga karena nelpon tengah malam tapi emang ga’mau nelpon aja. Buktinya, dia nelpon gue langsung angkat secepat kilat.

‘Gak ada pulsa adek , bang!’
Obaya. Sedihnya. Jadi adek punya apa dong? Punya abang? Cie cie. Kok bego’ gue kumat lagi yah? Soblog gue minum obat dulu yah? Oke?

Gue bales sok merendah.
Besok ajalah cyank. Abg jga udah nyoba nelpon. Tapi ga’ cukup, pulsanya abis untuk sms’
Gue cek pulsa *888#
Sisa pulsa anda Rp.5.450. Bohong banget gue nya. Hahaha…

Gue langsung tidur. Beberapakali doi ngesms gue bilang buat gue nelpon pagi. Gue iyain aja. Paginya, sampai sore gue ga’ ada nelpon. Soalnya gue masuk cepat soblog. Gue ingkar janji lagi soblog.

Malamnya doi nelpon gue. Dia yang nelpon gue. Gue jahat, jahat sejahat-jahatnya. Biarin cewek gue yang nelpon.
“Kenapa abang tadi pagi ga’ jadi nelpon?”
“Hehehe… Maaf dek, abang masuk pagi”
“Alasan”
Gue diem sejenak, berfikir apa hal yang bakal gue bahas di ulang tahunnya yang ke Sembilan belas tahun. Gue ada ide.
“Masa’ udah Sembilan belas tahun masih aja marah-marah, dewasa lah dek”
“Abang pula, selalu cari masalah”
“Adek juga”
“Abang yang duluan, yah”
“Ya udah lupain. Eh gimana ulang tahun adek tadi malam? Seru??”
Gue jago kan mengalihkan pembicaraan? Makanya soblog belajar dari gue. Insyaallah gue ga’ bakal bantu. Loh?

“Dirayain disini bang, sama kakak-kakakku dan kawan-kawannya?” Dia coba ngejelasin dari awal sampai akhir proses perayaan ulang tahunnya.
“Wah, enaklah yah?”
Gue berfikir ‘Gue ga’ pernah deh kayaknya ulang tahun diarayain’ paling pernah di ceplokin telor. Kalau gue di ceplokin telor waktu SMA dulu sama temen-temen gue. Gue pasrah tau ga’ soblog. Itu karena gue ga’ pernah ngerasain itu. Gue emang norak amat soblog.
Sekali di lempar. Gue langsung teriak dalam hati ‘Lempar lagi yang banyak temen-temen, biar gue pernah diceplokin sama telor’. Aneh bukan, bahkan gue seneng dibawa berkeliling kota sama temen-temen gue. Ide itu dari sahabat gue Alandi. Si polisi yang dulu gue raguin ke pemimpinannya. Hehehe… Kembali ke cerita aja.

Gue nanyak lagi nih soblog. Biasanya kan kalau ada yang ulang tahun, kita pasti nanyak tuh. Siapa orang pertama yang ngucapin. Nah, hal ini jugague tanyain dimalam itu. Tepatnya malam Selasa kemarin.
“Oia dek, siapa yang pertama ngucapin?”
“Adalah…”
Pasti gue. Dia mau nyembunyiin ‘hahahah’ gue tau itu pasti gue. Fikiran gue yang sok-sok an.
“Ada. Iya maksud abang siapa?” Padahal dalam hati gue bicara ‘ga’ usah dikasih tau. Itu pasti gue’
“Menurut abang siapa?”
‘Gue lah’ dalam hati gue bicara. Namun diucapan gue bilang “Yah, manalah abang tau. Yang ulang tahun kan adek, cepatlah dek, siapa?”
‘WOI… BILANG GUE’ Hati gue ngamuk. Kan, biasanya dimana-mana pacar duluan yang ngucapin.
“Elvi dan Juwita”
Singkat banget. Siapa pulak dua cewek yang namanya mirip biduan ini? Dan ternyata mereka adalah sahabat si doi. Sahabat yang gue juga kenal mereka. Sial banget, padahal gue fikir gue yang pertama kali ngucapin selamat dihari spesialnya itu.

Karena gue bingung kenapa bukan gue yang pertama. Gue ngomong dengan nada kesal.
“Loh, kenapa bukan abang. Padahal abg smsnya cepet loh”
Atau mungkin pihak sim card gue sengaja yah. Nunda-nunda sms gue terkirim. Ah, gue ga’ boleh Suuzon.

“Iyalah abang aja ngirimnya lama”
“Loh, jam abang pas jam 12 kok”
“Apa pulak udah lewat jam 12”
“Jam abang jam 12 kok”
“Berarti jam abang itu salah. Soalnya jam ku sama kok sama jam mesjid kami yang dikampung”
“Apa hubungannya, apa semua jam di Indonesia harus sama dengan jam mesjid kampung adek?”
“Iyalah” Jawaban dia pasti banget. Dia percaya banget dengan ucapannya.

Pengen banget gue bilang “Emangnya Mesjid orang adek itu Mesjid Nabawi yang ada di Mekkah?” Lagian nih soblog. Apa semua jam di Indonesia harus berpatokan dengan jam di Mesjid di kampung pacar gue? Ga’ kan? Gue bener kan? Ga’ semua jam harus sama dengan mesjid kampung pacar gue. Gue butuh pembelaan.

Kami pun membicarakan hal-hal lain yang gue ga’ sempet nulis. Oia soblog, tulisan gue itu gue ambil dari percakpan normalnya. Karena percakapan gue dan doi itu sebenernya kebanyakan ga’ kedengeran. Dia selalu bilang:
“Apa?”
“Apa?”
Mungkin seratus kali ada. Gue kesal soblog. Sambil gue bilang ke si doi “Adek Ke THT aja yah?”
Padahal gue tau dia ga’ atau apa itu THT. Hampir lupa juga ada percakapan gue dengan doi yang kurang nyambung. Begini.
“Jadi, waktu adek niup lilin? Apa make a wish adek?”
“Orang itu banyak bang. Pokoknya seru deh”
Setelah pertanyaan kedua yang sama dengan diatas gue lontarkan. Dia jawabnya juga ga’ nyambung. Akhirnya gue tau kalau pacar gue ga’ taua apa arti make a wish. Sebagai cowok yang baik gue akhirnya ngasih tau. Kalau make a wih itu. Ceplok telor. Hahaha, ya enggaklah. Pengharapan soblog.  Hahaha

Mungkin ini dulu, yang bisa gue bagi di malam ini. Janji si doi sih mau nelpon mala mini. Tapi sampai sekarang ga’ ada. Hampir lupa gue bilang juga, postingan ini permintaan dari salah satu blogger sebelah namanya Yunita Hutabarat. Katanya, dia pengen gue posting tentang pacar gue. Makasih buat beliau yang udah mau baca blog yang ga’ jelas ini. See you in next post

Jangan lupa follow twitter gue di @hamdanmoonthe


Selasa, 24 Maret 2015

NEMUIN CEWEK DIMALAM MINGGU

Sore soblog...
Apa bakar?

Gue kembali hadir disini buat ngehidur soblog dengan postingan ini. Sebenernya gue ga' bisa ngelucu. Cuman, terkadang gue lihat temen-temen gue tertawa mendengar celotehan gue. Celotehan yang ngasal, dan ceplas ceplos.

Saat gue nulis ini. Temen-temen gue lagi main kartu. Sedang tetangga gue sedang membicarakan parit belakang rumah gue yang tumpat. Gue santai aja, gue sesekali membalas sms yang masuk di posnsel gue.

Suasana kamar gue juga setidaknya sudah lebih rapi dari biasanya. Kalau biasanya Celana Dalam berserakan bebas dimana-mana, baju-baju yang telah usai dipakai seharian bergelantung dengan indah nan menjijikkan.

Atau hanya sekadar handuk yang sudah mulai berubah warna dari biru menjadi kehitam-hitaman. Semua itu memang masih ada, namun tak sekarang ditampilkan.

Empat hari yang lalu. Terakhir gue posting dengan Judul Ada yang Megang Pundak gue. Dan selama empat hari belakangan yakni, Jum'at, Sabtu, Minggu, Senin gue ga' ngeposting apa-apa. Rasanya itu sedih soblog. Soalnya gue ga' bisa nepatin janji.

Dihari yang melelahkan ini. Gue mau cerita apa yah soblog? Cerita hari malam minggu aja kali yah? Kita mulai. Malam minggu kemarin. Malam minggu yang gue laluin dengan mengunjungi rumah kumpulan cewek yang mengenal baik sepupu gue Bolon dan Asril. Sebut saja nama orang yang kami temuin itu X.

"Kita kerumah si X, yuk?" Ajak Bolon dengan wajah cengengesan.
"Gue sih oke-oke aja?" Jawab gue seadanya, yang mana seingat gue. Gue sedang memainkan HP gue yang akhir-akhir ini jarang gue pegang.
"Ayok ayok ayok"
Si Asril ini paling semangat. Yang satu lagi si Boydo ga' ikut. Soalnya dia pergi menemui temennya di daerah Mandala. Medan.

Lalu dengan style alakadarnya. Gue dan mereka berangkat. Oia, gue lupa kalau sebelumnya Bolon pergi dulu untuk membelikan gorengan, hanya untuk sekedar basa-basi apabial telah sampai di kos cewek-cewek itu.

Berangkatlah kami dengan menaiki motor ala cabe-cabean. (Bonceng Tiga maksudnya).
Gue memilih duduk paling belakang. Soalnya ditengah sempit. Belum lagi hal lain yang ga' perlu gue ceritain.

Gue ga' tau Kecil (Asril) dan Bolon mengucap basmallah atau ga'. Kalau gue kayaknya ga' soblog. Hahahaha.
Sampai di lokasi kejadian. Asyik. Bolon langsung berniat mau ngesms. Ngambil HP dan memutar balik motor yang ternyata udah kelewatan.

Ta..Ra..
Dua manusia berjenis kelamin perempuan tepat di depan kami. Dua-duanya berambut keriting maksimal. Yang satu megang HP dan yang satu. Gue ga' ingat soalnya perhatian gue ga' kesana. Mereka membawa kami menuju rumah sederhananya.

Kamis, 19 Maret 2015

ADA YANG MEGANG PUNDAK GUE

Malam soblog. Apa bakar?
Malam ini langit begitu indah, walaupun ga’ ada efek-efek kayak bintang dan bulan, tapi tetep, overall gue suka. Loh, kok jadi gini.

Malam ini, gue mau ngomongin apa? Soal ayah, udah? Soal kampus. Gitu-gitu aja. Jadi gue kadang bingung soblog harus tiap malam posting, tapi materi ga’ ada. Lo tau kan maksud gue, kayak harus masak tiap hari, tapi harus dari menu sendiri. Sedangkan, alat dan bahannya ga’ ada.

Walaupun demikian, gue usahain tiap malam harus posting. Karena dari setiap kedisiplinan, akan ada jiwa yang baru lahir dalam diri. Asek. Kadang gue sok pinter amat yah. Padahal, mah aslinya ya emang pinter.

Kita mulai dari ngomongin perjalanan gue hari ini dulu. Gue bangun, melihat jam yang tertera di HP gue. 08.35. Shit, padahal gue masuk jam 08.45. Gue langsung bangkit dari tempat tidur. Gue mau nampung air buat mandi. Soalnya pipanya belum sampai ke kamar mandi, sehingga harus nampung air diluar rumah. Tepan di depannya, disamping pohon Mangga tetangga.

Airnya kecil banget volumenya. Lebih deras Buang Air Kecil gue deh kayaknya. Kesel banget liatnya soblog. Gue di PHP-in sama air. Ga’ sampai penuh gue akhirnya memutuskan buat mandi. Karena dikamar mandi, masih ada air yang tersisa tadi malam. Setidaknya gue ga’ cuman cuci muka aja.

Okeh gue mandi dengan air seadanya. Membasahi diri mulai dari ujung kaki ke ujung kepala. Kayaknya kebalik deh. Cob ague review ulang. Iya, emang kebalik. Yang bener, dari ujung kepala ke ujung kaki. Kalau dari ujung kaki ke ujung kepala, itu nyanyi T.R.I.A.D.

Selesai mandi, gue langsung mengenakan pakaian gue, menyiapkan diri buat ke kampus. Gue ga’ sarapan, dasar anak ajaib. Kalau kemarin, gue beli Nasi Guri sebelum ke kampus. Nasi Guri itu sarapan khas Medan soblog.

Berangkatlah gue ke kampus dengan menaiki mobil pribadi gue. Angkot. Sampai dikampus dosennya udah dateng. Dosen praktikum Bahasa Arab, soblog. Kalau boleh gue deskripsikan, dosen gue ini cantik banget. Persis orang Arab yang kesasar di Indonesia. Perkuliahan berlangsung dengan begitu hikmat. Upacara kali ah.

Habis mata kuliah ini, lanjut Manajemen Organisasi, dilanjut dengan mata kuliah Telaah Kurikulum. Di Mata kuliah telaah ini, gue nanyak sama pemakalah loh soblog. Pemakalah kala itu Nini, Azi, Rais, Fiqih, Atifah, dan Idona. Duduk sejajar dengan meja Dosen. Sedang para audience duduk membentuk later U.
“Assalamualaikum, warahmatullahi, wabarkatu” Gue beri salam namun jantung udah dag dig dug. Kalau  gue nanyak emang selalu deg-degan soblog. Enggak tau kenapa.
“Saya Hamdan Munthe, dari kelompok” Diam sejenak, gue melirik ke salah satu temen sekelompok gue “Kita kelompok berapa?” Dengan jarinya yang sedikit mengeriput nan manis dia menyembunyikan ibu jarinya pertanda ia menunjukkan angka empat.  “Empat. Ingin bertanya begini ‘Dalam makalah ini dalam komponen isi Kurikulum saya melihata ada konsep kurikulum, yang ingin saya tanyakan, dalam sumber lain yang saya baca. Ada empat konsep kurikulum. Namun yang saya tanyakan hanya dua, yakni Kurikulum Subjek Akdemis, dan Kurikulum Humanistik” Nafas gue terengah-engah. Ada rasa lega ketika gue selesai.

Tiba-Tiba.
“Kepada, saudara Hamdan. Tolong diperjelas pertanyaannya.”
Gue yang saat itu udah mereasa liege kembali ditanya lagi. Gue ga’ berdiri lagi, gue duduk dan mengulangi pertanyaan gue.

Selesai mata kuliah telaah. Gue Shalat Dzuhur, dan satu mata kuliah lagi yakni Analisis system pendidikan. Tapi, dosennya bilang ga’ masuk. Lalu gue pulang.

Nah, hal yang ingin gue ulas disini adalah tentang shalat yang gue lakuin tadi. Begini ceritanya. Siapin teh manis di depan kalian soblog. Karena ceritanya sedikit mengganggu otak. Bohong.

Selesai mata kuliah Telaah yang gue bilang tadi. Gue yang pengen dibilang rajin. Sok nguat-nguatin suara.
“EH… SHALAT YUK?”
Lalu salah satu temen gue ada yang berjalan menuju mesjid. “Rul, shalat yok”. Dengan sekali anggukan, gue tau dia mengiyakan apa yang gue bilang.

Sebelum shalat tentunya gue wudhu dong. Gue ke kamar mandi dulu sebentar. Tau ga’ kamar mandi mesjid kampus gue ini. Banyak banget coret-coretan. Ada salah satu perkataan yang niatnya mau ngingetin, eh malah jadi lucu.

Ada tulisan begini ‘JANGAN CORET-CORET DINDING’ Mungkin orang yang melihat itu membatalkan niat buat coret dinding kamar mandi itu. Tapi, soblog tau apa? Dibawahnya gue lihat lagi tulisan lain, yang berbunyi ‘KAU AJA CORET-CORET DINDING’. Hahahah, lucu juga bacanya soblog. Logika gue langsung jalan. ‘Ia juga, yah? Dia aja ngingetinnya dengan mencoret dinding.

Ada juga tulisan yang bales-balesan. Gue lupa apa aja isinya. Entar gue liat-liat dulu lagi. Selesai dari kamar mandi, gue langsung wudhu sesuai dengan cara-caranya. Gue lalu wudhu dengan begitu maksimal.

Gue langsung menuju mesjidnya. Ditangga pertama, ada keset, gue membersihkan kaki dengan gaya shuffle ala dancer. Di depan gue ada seorang pria yang menggangu langkah gue menuju tangga kedua. ‘CEPAT WOI’ Pengen gue bilang gitu. Tapi, ini mesjid. Dan mungkin gue ga’ bakal berani. Soalnya badannya kayak Dajjal gitu. HAHAHAHA… Emang badan Dajjal gimana sih?

Masuk kedalam mesjid, gue langsung melihat lautan manusia yang tidur dengan arah hampir wajah hampir bersamaan. Mengarah ke langit-langit mesjid. Beberapa ada juga yang membelakangi orang yang disampingnya. Ala-ala tidur manja Syahrini.

Gue langsung cari lokasi agar orang ga’ bisa memashbuq  soalnya gue ga’ mau jadi Imam. Selama ini gue ga’ pernah di mashbuq. Soblog tau kana pa itu Mashbuq. Mashbuq itu begini soblog pengen shalat sendirian. Mulailah soblog shalat. Lalu tiba-tiba ada yang megang pundak soblog. Itu tandanya orang itu nyuruh soblog jadi Imam. Itu namanya Mashbuq.

Gue ga’ pernah ngelakuin itu soblog.
Gue sengaja shalat di depan tiang penyanggah Mesjid ini. ‘gue disini aja ah. Biar ga’ ada yang megang pundak gue’



Lalu masuk di Rakaat kedua. Gue mulai mendengar bisik-bisik aneh dibelakang gue. Gue jadi ga’ konsentrasi shalatnya. Beberapa kalimat gue denger sedikit nyuruh temennya. “Kita berimam yah?”
“Ya udah, pegang pundaknya” Jawab temennya yang satu lagi.

Gue udah deg-degan nih soblog. Lalu dengan sekali mengeluarkan Co2 dari mulut gue.
‘PUG’ pundak gue ada yang megang. Persis orang mau hipnotis. Gue langsung bingung. ‘Aduh kenapa ditepuk sih’ Kesal gue saat itu. Lalu gue mulai bersuara dengan ucapan “Allahuakbar”

Gue jadi Imam. Tapi, sepertinya shalat gue ga’ bakal diterima deh. Soalnya gue kan ga’ khusyuk shalatnya. Gue selesai shalat,langsung do’a dan meninggalkan dua bocah yang udah buat gue malu terhadap diri sendiri.


Mungkin dalam hati mereka ‘Ini orang begok amat,yah?’

Mungkin itu dulu soblog. Jangan lupa yah follow twitter gue di
@hamdanmoonthe

Rabu, 18 Maret 2015

KISAH DIBALIK NAMA AYAH YANG LUCU

Malam soblog. Apa bakar?
Gue sehat. Gue semangat dan gue akan posting lagi. Kalian seneng, ga’ sih? Gue seneng banget bisa posting tiap hari. Sepertinya kalau gue udah posting, beban hidup gue lima puluh persen berkurang. Itulah gue. Soalnya ada kesenangan tersendiri ketika gue udah selesai posting.

Malam hari yang berbahagia ini. Gue akan bahas tema ‘keluarga’. Gue bakalan ceritain tentang keluarga gue. Keluarga yang, apa yah? Keluarga yang sederhana. Namun, banyak kebahagian yang tercipta.

Mari kita mulai dari Ayah dan Ibu gue. Ayah lahir dari Nenek gue yang bernama Sarilam Tambunan dan Daem Munthe. Kisah kelahiran ayah ini punya cerita loh soblog. Cerita ini diceritain mamah ke gue. Waktu itu gue tanya ke mamah gue ‘Mah, kenapa ayah dikasih sama kakek dan nenek, nama yang aneh?’ Tanya gue waktu itu.

Jadi, soblog. Nama ayah gue itu Salamat Munthe. Dan arti dari nama ayah gue kalau Bahasa Indonesia yakni Selamat. Kebingungan pun terjadi ke gue karena nama ayah yang sangat familiar ini.

Dengan nama ayah yang mudah, dan sering disebut-sebut. Membuat temen-temen gue waktu kecil sangatlah mudah meledek, ataupun mengejek gue. Walaupun tidak secara langsung, mungkin dengan nyanyian atau semacamnya.

“Dulu” Mamah mulai bercerita. “Setelah nenek dan kakek mu menikah. Mereka hidup sangat bahagia. Lalu nenekmu hamil, dan setelah mengandung Sembilan bulan. Nenekmu melahirkan anak pertama mereka” cerita mamah persis seperti dongeng yang selalu dikisahkan para ibu kepada bayinya. Setelah berhenti sejenak. Mamah melanjutkan.

“Kakekmu dulu sangatlah bahagia. Namun, Na’as terjadi. Mamah ga’ ingat di umur keberapa. Anak mereka itu meninggal dunia” Setelah mendengar itu gue sempat memotong. “Karena apa, mah?”

“Sakit. Yah, sakit. Kakekmu sangat sedih saat itu. Sedih sekali” Mamah rada lebay. “Mereka kembali ke kehidupan yang seperti dulu. Tanpa anak. Setelah kehilangan anak pertama itu. Nenekmu kembali hamil, dan melahirkan anak kedua” Melihat mamah member jeda sedikit, gue kembali nanyak “Itu, ayah mah?”

“Belum. Itu anak mereka yang kedua. Kamu tau, apa?” Mamah ajak gue menghayal.
“Apa, mah?”
“Anak itu meninggal dunia lagi”
“Hah?”
Gue ikut-ikutan sedih  mendengar ucapan mamah itu. Anak kedua mereka juga meningga dunia. Pasti saat itu kakek dan nenek sedih banget. Oia, soblog. Gue ga’ kenal loh sama kakek gue yang dari ayah. Soalnya gue lahir, kakek udah ga’ ada.

Sekedar poto aja juga ga’ ada. Soalnya, jaman dulu banget. Handphone belum ada. Kamera juga jarang. Jadi, sampai sekarang gue ga’ tau wajah kakek. Kalau nenek gue ingat, wajah nenek mirip sama adiknya Ayah. Unden Dalima namanya.

Kembali cerita mamah berlanjut.
“Iya, anak kedua itu meninggal. Kakekmu dan nenekmu sangatlah sedih. Lebih sedih daripada yang pertama. Kakekmu sampai trauma soalnya udah dua anak meninggal” Hening. “Lalu, nenekmu hamil dan melahirkan lagi. Ini anak ketiga” Sekedar info soblog. Semua anaknya Kakek dan Nenek itu cowok semua.
“Ayah, ya mah?”
“Bukan” Jawab mamah seadanya, berharap gue ga’ memotong ceritanya lagi.
Sempat terfikir di benak gue. ‘Jadi, ayah anak ke berapa’.
“Sama hal-nya dengan anak pertama dan kedua. Anak ketiga inipun meninggal kembali” Gue jadi pengen nangis dengernya. Tapi tunggu, apa emang meninggal semua. Kok segitunya. “Kakekmu pun pasrah. Dia sudah tak perduli lagi, mau punya anak atau ga’? Toh, akhirnya meninggal dunia juga. Fikir kakekmu waktu itu. Dia udah yakin emang kalau anak yang ketiga ini juga bakalan meninggal”

Cerita mamah ini emang beneran loh soblog. Tiga-tiganya, anak Nenek dan Kakek meninggal dunia, bayangin soblog. Tiga. Bukan cuman satu.
“Lalu, nenekmu kembali hamil. Nah, ini baru ayahmu” Gue seneng dengernya. Berarti ayah sehat waktu itu. “sampai tiba saat-saat melahirkan. Kakekmu ga’ peduli sama sekali. Dan lahirlah ayahmu”
Yeeeee…. Gue bersorak dalam hati. Tapi, loh lucunya dimana? Apa yang lucu dengan kelahiran ayah? Mamah lanjut terus.
“Sampai ayahmu lahir. Nenekmu sangat senang, tetapi lain dengan kakekmu iya begitu tak peduli. Cuek. Dan tercetuslah omongan kakekmu yang begitu lucu, begini” gue ga’sabar dengernya. “ Kakekmu bilang pada ayahmu yang masih bayi ‘SUDAH. KALAU KAU MAU MENINGGAL. MENINGGAL LAH…’ gitu Padahal, baru saja nenekmu melahirkannya. Kakekmu udah pasrah dan yakin kalau ayahmu bakalan meninggal juga”

Hahahaha… Gue sedikit tertawa mendengar penjelasan mamah. Kata-kata kakek itu sepertinya sangat sangar. Soalnya, orang Batak omongannya itu kasar soblog. “Dan kau tau, Hamdan sampai udah lama, Ayahmu masih hidup. Kakekmu jadi menyesal. Makanya ayahmu dikasih sama kakekmu namanya Salamat. Soalnya udah tiga anaknya, ga’ ada yang hidup. Cuman ayahmu yang selamat”

Cerita diakhiri dengan ending yang bahagia. Tau ga’ waktu mamah ceritain ini. Ayah yang sedang nonton TV senyum-senyum mendengarnya. Gue melihat suasana itu. Gue juga ketawa setelah mendengar ayah dikasih nama itu.

Dan kini anak kakek dan nenek itu ada enam bersaudara. Empat laki-laki dan dua perempuan. Kisah dibalik nama adik ayah yang lain guebelum cari tau. Beriku nama adik dari ayah.
1.      Juaro Munthe
2.      Kasehan Munthe
3.      Maridin Munthe
4.      Oloan Munthe
5.      Dalima Munthe

Cukup sekian dari kisah dibalik nama ayah. Mungkin gue bakal pos lagi tentang keluarga gue dilain waktu. Jangan lupa soblog gue ingetin. Follow twitter gue di

@hamdanmoonthe

Selasa, 17 Maret 2015

HAHAHA GUE HAFAL (SEHARI SEMALAM MENGHAFAL)

Malam soblog…
Apa bakar???

Sehat ga’?
Kalian ga’ marah kan sama gue, karena ga’ ngepos tadi malam. Jangan marah yah? Soalnya gue ada tugas yang mesti gue tuntaskan soblog. ‘Menghafal Ayat Alqur’an’. Gue jadi ga’ngepos deh. Padahal gue pengen loh soblog. Tapi apa daya dan tenaga. Selain kurang enak badan gue juga harus menghafal ayat Al-Qur’an.

Ayatnya kalau soblog mau tau. Itu ada An-Nisa ayat 60, ada Al-Hasyr ayat 22-24. Sebenernya, minggu kemarin, kami diberikan tiga pilihan, yakni satu lagi Al-Maidah ayat 6. Cuman, dikasih keringanan ngehafal dua aja.

Gue pilih yang An-Nisa, sama Al-Hasyr. Soalnya lebih mudah dihafal dan lebih pendek-pendek daripada harus ngehafal Al-Maidah. Tau sendiri kalau gue orangnya cari yang simple. Ga’ mau yang ribet-ribet.

Tadi malam kerjaan gue cuman ngehafal itu. (Ga’ semalaman juga emang). Paling beberapa jam. Selanjutnya, gue udah mentok ga’ bisa hafal.
“Ngehafal ga gitu juga kali. Lo gemeteran sih” Salah satu sepupu gue yang habis mandi langsung komen karena suara gue menghafal sedikit membuat otak mereka terkelupas.
“Emang gimana?” Tanya gue dengan sedikit kebingungan.
“Lo bacanya terlalu dilebai-lebaiin” Sahut yang satu lagi.

Walaupun dikasih keringan, tapi keberatan juga dikasih, soblog. Bayangin. Emang kami cuman hafal dua dari tiga diatas. Tapi, harus dengan tajwid-nya. Udah gue rada begok menghafal. Eh dikasih tambahan supaya ngehafalnya pakai tajwid. Mati gue.

Mamah pernah komen ke gue waktu gue baca Qur’an di pengajian yang rutin diadain di kampung gue. Malam itu tepat giliran Uda gue (Adiknya Ayah). Setelah selesai ngaji. Dirumah waktu itu. Mamah komen.
“Mamah denger tadi, kamu ngajinya masih terbata-bata, yah?. Atau pendengaran mamah yang salah?” Cerotos mamah sambil sesekali menatap layar televise yang saat itu acaranya ga’ jelas apa. “Mungkin kamu malas ngaji, tuh” tambahnya lagi. Gue hanya diam. ‘Apa gue sebegok itu, yah?’ fikir gue tanpa menghiraukan pertanyaan mamah.

Karena udah pening, ga’ hafal juga. Gue putusin buat break dulu. ‘Besok pagi aja’ fikir gue, karena menimbang situasi masuk besoknya (Red: Hari ini) gue masuk jam tengah sebelas. Jadi masih ada waktu buat gue menghafal.

Daripada gue harus pusing melihat ayat-ayat yang berkelok-kelok melambai-lambai. Gue putusin buat nonton TV aja, dulu. TV dari handphone. Setidaknya gue ga’ ketinggalan berita update. Pencet menu, dan langsung ke TV. Gue sesekali menggerakkan selulernya agar signalnya bagus. Soalnya banyak banget lebah dilayarnya. (Lebah yang bunyik Sssssshhhhkkkk).

Setidaknya gue masih bisa melihat dengan jelas wajah Rina Nose yang sedang membawa acara, walaupun terkadang hidungnya terlihat sama rata dengan wajahnya. (Maaf Mbak Rina, No Bully). Sudah jelas tentu para soblog tau gue lagi nonton apa?
#Hitam Putih

Ya, ampun. Ya enggaklah. Gue nonton D’Academy season 2. Secara logika yah? Mana mungkin Rina Nose bawaain acara HItam Putih, perlu beberapa syarat agar Rina Nose bisa jadi hostnya. Yang pertama. Ia harus Botak Licin sampai kutu juga harus bawa lem biar bisa lengket dikepalanya. Yang kedua namanya harus diganti jadi Rina Corbuzier. Yang ketiga Persatuan Indonesia, dan keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaran perwakilan, dan yang kelima Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia. (Kok malah jadi Pancasila). Pokoknya itu deh.

Nah, disaat gue nonton acara, itu. Kebetulan yang lagi nyanyi dari daerah Medan juga. Namanya RizkiRidho, anak Batu Bara. Kembar gitu.  Gue heran kenapa mereka begitu banyak fansnya malam itu. Sampai rebutan minta poto. Sama gue ga’ ada tuh yang tiba-tiba menjerit.
“Hamdaaaaaannnn…. Mau poto… mau poto” Paling sering sih temen sekelas yang manggil gue dengan jeritan “Hamdaaaannn…. Mana uang kas?”

Gue ga’ nonton sampai habis. Oia, gue juga sempet ganti Channel. Gue nonton acara dangdut juga. Namanya KDI. Kasino Dono Indro. Eh, itu DKI yah? Sorry…Sorry gue khilaf. Emang ada tiba-tiba Om Indro nyanyi lagunya Rita Sugiarto ‘Dua Kursi’?
Kalau hanya makanan di Meja, tak pernah engkau makan?
Kalau hanya kopi yang kusuguhkan, tak pernah engkau minum?
Tapi jangan sampai, kau macam-macam, diluaran rumah kau macam-macam sayang…
Awas… Awas… Awas…” (Dua Kursi, By: Rita Sugiarto)

Yang gue maksud itu Kontes Dangdut Indonesia. Kalau jaman dulu, gue taunya Kontes Dangdut Indonesia. Baru kontestan pertama udah gagal. Hahahah, gue kasian juga sih litany.

Malam semakin larut. Gue bilang ke semua penghuni rumah.
“Beli, Luwak yukk?”
Gue tanyain satu persatu. Ada yang semula ga’ mau jadi mau. Ada yang dari mau jadi nambah nitip buat beli yang lain. Sampai ternyata gue beli ada yang kelupaan. Salah satu diantara mereka nitip buat beli Soff*l. Soalnya banyak nyamuk di kos-an gue. Malah gue beli jajan. Hahaha
“Lo tadi nitip apa?” Tanya gue setelah sampai di kos-an.
“Soff*l” Jawabnya dengan wajah penuh curiga kalau gue salah beli.
“Hahaha… Sorry yah? Gue lupa tadi. Gue beli ini” Sambil nunjukin kue yang gue suka banget. Kuenya bulat, terus dalamannya coklat gitu. Dan ada unsure kacang hijaunya deh kayaknya.

Oia, sebelum membeli jajanan ini. Temen sekampung gue. Namanya Minah, minjam buku gue. Statistik. “Hamdan, lo ada buku statistic ga’?” Tanyanya via HP.
“Ada” Jawab gue, waktu itu masih sambil nonton.
“Anterin kesini, dong. Gue minjem” Pintanya dengan suara yang sedikit memaksa.
“Bilangin sama Bolon”
Akhirnya Bolon member ijin buat gue untuk antar buku itu. Sekalian gue beli air minum. Disinilah gue ngerasa lucu.
Sampai ditempat pengisian langganan kami. Gue bilang ke Asril. Kebetulan temen gue Asril saat itu. “Bentar yah, gue beli bentar” Upss… Sorry. Gue ga’ ada bilang gini. Gue langsung aja. Gue pergi ke toko sebelah.

Gue sempet nanyak harga Kol sekilo.
“Mas, kolnya berapaan, yah?” tanya gue seraya nunjuk kea rah kol yang masih segar. Sepertinya Kol-nya masih Virgin. Dia berfikir sejenak, dengan tarikan nafas ia menjelaskan “Hem, kolnya limaribu sekilo, mas?”

Gue sempet ingat perkatan dari sepupu gue Bolon kalau misalnya, harga Kol cuman 2.500 sekilo. Gue ga’ jadi beli. Pilihan gue jatuh ke Mie Sed*p. Dua. Dan Jajan seribu. Gue kasih uang gue. Lima puluh ribu.
“Itu aja mas?” Tanyanya melihat belanjaan yang udah ada ditangan gue.

Tau apa yang lucu. Dia kembaliin Empat Puluh Enam ribu lagi. Hahahaha… Lo tau sendiri gue licik. Gue langsun masukin ke kantong gue, dan dalam sekali kedip. Gue udah pergi. Air Galon juga udah terisi penuh.

Kembali soal hafalan. Pagi tadi, gue bangun sengaja dicepetin. Takut nanti gue ga’ hafal kalau waktu yang ada cuman sebentar. Gue hafal.

Ini dia ayat yang pertama gue hafal:
uqèd ª!$# Ï%©!$# Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ( ÞOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»yg¤±9$#ur ( uqèd ß`»oH÷q§9$# ÞOŠÏm§9$# ÇËËÈ   uqèd ª!$# Ï%©!$# Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd à7Î=yJø9$# â¨rà)ø9$# ãN»n=¡¡9$# ß`ÏB÷sßJø9$# ÚÆÏJøygßJø9$# âƒÍyèø9$# â$¬6yfø9$# çŽÉi9x6tGßJø9$# 4 z`»ysö6ß «!$# $£Jtã šcqà2ÎŽô³ç ÇËÌÈ   uqèd ª!$# ß,Î=»yø9$# äÍ$t7ø9$# âÈhq|ÁßJø9$# ( ã&s! âä!$yJóF{$# 4Óo_ó¡ßsø9$# 4 ßxÎm7|¡ç ¼çms9 $tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ( uqèdur âƒÍyèø9$# ÞOŠÅ3ptø:$# ÇËÍÈ  

Nah, walaupun agak gagap. Gue berusaha semaksimal mungkin buat ngehafal. Dan Alhamdulillah. Gue hafal. Jago kan gue. Tapi, waktu nulis ini. Gue udah lupa lagi. Sambil ngangkat air dari luar untuk bekal mandi sebelum ke kampus. Gue hafal ayat yang satu lagi.

Surah An-Nisa ayat 60
öNs9r& ts? n<Î) šúïÏ%©!$# tbqßJãã÷tƒ öNßg¯Rr& (#qãYtB#uä !$yJÎ/ tAÌRé& y7øs9Î) !$tBur tAÌRé& `ÏB y7Î=ö6s% tbr߃̍ムbr& (#þqßJx.$yÛtFtƒ n<Î) ÏNqäó»©Ü9$# ôs%ur (#ÿrâÉDé& br& (#rãàÿõ3tƒ ¾ÏmÎ/ ߃̍ãƒur ß`»sÜø¤±9$# br& öNßg¯=ÅÒムKx»n=|Ê #YÏèt/ ÇÏÉÈ  


Ini sama doang seperti ayat yang sebelumnya. Gelagapan ngehafalnya. Tapi dengan kekuatan Bulan. (Sailormoon) gue akhirnya hafal. Yeyeyeyeye….

Saatnya uji hafalan. Setelah selesai di absen. Dosennya langsung bilang.
“Baiklah adik-adik sekalian, siapa yang mau maju duluan?”
Lalu majulah salah satu diantara kami. Dan kemudian disusul oleh beberapa orang. Sampai ke orang ke- keberapa yah? Kita buat aja ketujuh. Dosen berkata.
“Begini, yah? Tolong dalam pembacaan Al-Qur’an. Dibedakan mana yang, Ja, Jal, Dzal, Za,” Semua diam. Kini tak ada lagi yang berhadapan dengan sang Dosen untuk menyetor hafalan.
“Baik siapa lagi?”
Karena sudah di komentari. Tak ada satu orang pun yang mau untuk maju ke depan. Salah satu cewek yang sebelumnya bersiap untuk maju. Tiba-tiba mengurungkan niatnya. “Majulah, mbak, fit” Suruh gue berharap agar ia maju dan disambung dengan gue.
“Kaulah” Jawabnya dengan nada yang sedikit memaksa. Sepertinya dia berharap gue duluan.

Baiklah dengan menarik nafas panjang…. Hufffffffff….
‘KREKKK’ kursi tersorong. Gue menepuk dada. Berkata lirih “Aku pasti bisa” Beberap orang yang pendengarannya masih bagus tertawa kecil melihat tingkah gue yang seperti anak-anak. Senyum dengan tawa kecilpun tak luput dari wajah sang dosen. Mungkin dia salut dengan keberanian gue (Mungkin).

‘Dag.. Dig.. Dug..’
Gue ga’ tau harus mulai dari mana. Apalagi gue berhadapan dengan sang dosen. Hafalan gue sepertinya hilang. Astaga, kemana? Tak boleh.
“Dimulai pak?” Tanya gue sekedar basa-basi agar jantung gue kembali kepada  keadaan normal.
“Iya, mau ayat yang mana?”
“Al-Hasyr, pak”
“Oke, silahkan”
Gue menarik nafas panjang lagi.
“A’udzubillahi minsshaithanirrazim… Bismillahirramanirrahim” Lengakp dengan tajwidnya.
Sedikit demi sedikit hafalan gue kelar. Rasanya kok lama banget. Dosennya sesekali tersenyum melihat cara membaca alqur’an gue yang terlihat jelas kalau gue sedang deg-degan. Karena itu, bapak dosen sedikit-sedikit membantu kalau gue agak lupa.

Ayat demi ayat selesai. Dan, Ahh gue hafal. Gue berhasil. Gue bersorak dalam hati. ‘GUE HAFALLLLLLLLLL’

Tapi jangan tanya sekarang. Gue udah lupa sepertinya. Wkwkwkwkwk

Oke soblog. Mungkin itu dulu yang bisa gue bagi. Jangan lupa follow twitter gue.

@hamdanmoonthe