Jumat, 18 Desember 2015

Materi Stand Up Gue

 Soblog. Kali ini gue mau post materi stand up gue. Materi ini gue udah kirim di grup Facebook gue "Stand Up Comedy Medan-Deli"  Ini Dia

Selamat siang!
tadi pagi aku berngkat ke kmpus sperti biasa naek angkot.
tapi aku palak kali liat tukang angkotnya. soalnya tiap ada gang, pasti dia berhenti nunggu penumpang, padahal jarak gang ke gang cuma semeter. angkot nya jalan persis kayak keong. Keongnya yang bunting pulak. Kembar pulak. Tapi,aku gak tau udah pecah ketuban atau belum. Kembali ke angkot, banyak mahasiswa memang yang ngekos d tiap gang. Tapi, masak tukang angkotnya nungguin padahal org masih di kosnya, dandan pake keong. Slah bilang aku. Ada bebera yang udah dekat. tapi aku palak aku slalu doa. "ya tuhan, mudah-mudahan kakak itu gak naek angkot ini" betul saja. kakak itu gak naek. tukang angkot kesal. aku berkata dalam hati "mampus kau wak"

Sabtu, 12 Desember 2015

Hamdan Main Film???

Crue dan Talent
uuuu yeeee!!!
Hai soblog.
Apa bakar hari ini?
Bakar baik kah????

Sebelum kita memulai pelajaran kita hari ini, marilah kita berdoa terlebih dahulu. "Do'a Selesai"
Wkwkwkwkw.... Emangnya mau memulai pelajaran.

Kali ini gue bakal cerita tentang pengalaman gue menjadi seorang pemain film. PENDEK. Yupss... film yang gue mainin hanya berkisar 15 menit-an gitu. Itupun kata temen-temen sekelas gue hanya sebagai Figuran. Padahal kan gue tampil beberapa kali dalam scene.

Kita mulai berperan sebagai apa gue.
Dalam film yang bakal tayang di Layar Tancap. Maaf maaf, di youtube pada Januari 2016 (Penasaran yah) gue diberi peran yang begitu menantang buat gue. Gimana gak menantang, baru mau ambil adegan gue, take-nya itu sampai 6 kali.

Minggu, 06 Desember 2015

RAMBUT BARU

Hai Soblog..
Apa bakar??

Tentunya masih sehat kan. Kali ini Gue bakal kembali menceritakan kehidupan gue yang penuh dengan suka dan duka. Walaupun kebanyakan duka sih heheh...

Kali ini bercerita tentang rambut baru gue. Gue pangkas nih. Padahal sebelum pangkas, gue udah ngerasa ganteng. Asek. Pendapat gue nih, bukan kata orang sih. Biacara tentang ganteng. Gue inget perkataan salah seorang temen sekelas gue. Sebut saja namanya Mawar (Read: Mawar melati semuanya Indah).

Gue lagi apayah waktu itu. Kita buat aja skenario...

Mungkin soblog udah ada baca sampai diatas kan. Kenapa bersambung, karena saat gue ngetik postingan diatas (paragraf 1,2,3) temen gue Blon, datang ke warnet tempat gue main dan ngajak gue buat nemuin anak LABURA yang pengen pulang kampung.

Lanjut ke cerita skenario.
Gue yang saat itu sedang asik mondar mandir di koridor kampus karena salah seorang temen gue minta bantuin edit video, kebetulan laptopnya udah lowbet jadi mau ke kelas buat nge-cas.

Saat itu Mawar yang liat gue pecicilan  kayak cacing masuk angin. Apa bisa yah cacing masuk angin ? Kita buat aja deh bisa. Saat itu kan rambut gue masih panjang. Sepinggang lah. Hadeh ngayal. Rambut gue waktu itu emang rada panjang. Untuk ukuran seorang Guru gaK cocok lah.

Lalu karena melihat gue, Mawar berkata:
"eh Hamdan..." menaatap gue dengan seksama.
"Iyah..." gue sok cool  gitu.
"Kau mirip sama itu loh Dul...."
Gue sempat berfikir kalau gue mirip Dul Anak Sekolahan loh.
"Dul, anak itu loh"
Pas kan perkiraan gue kalau gue mirip sama Dul anak sekolahan, tapi ternyata gue salah.
"Dul, anak Ahmad Dhani"
"Makasih..." gue tersipu malu.
Gue seneng kan dibialang mirip Dul, soalnya dia anak Ahmad Dhani, kaya lagi. Gue seneng tapi stop.
"Jeleknya lo yang mirip"

Tar tu tar
Petir menyambar, gempa bumi.

Gue fikir awalnya Mawar bakalan muji, eh ternyata ngejek. Karena gue orangnya gak pernah bawain ke hati. gue santai aja jawabnya.
"Mirip Al gak guenya?... hehehehe"
"JAUH...."

Huhuhuhu... padahal gue gak jelek-jelek amatlah. Oia, Mawar bilang Dul jelek. Sepertinya Mawar salah. Kalaudia bilang gue mirip sama Dul, Soblog coba lihat poto bertikut.



 Lihat Soblog. Apa kah ada kemiripan?
gue rasa emang ada yah soblog.
Makasih ya mawar udah nemuin kembaran gue yang selama ini gue cari. Makasih buat Mawar sekali lagi.

Itu cerita gue sebelum pangkas.
Nah sesudah pangkas pun ejekan datang lagi.

Gue pangkas kependekan, sehingga gue nampak seperti Tuyul yang lagi OSPEK. Belum lulugs gitu atau tanggung. Makanya waktu pulang kampung gue beli topi demi menutupi kepala gue yang hanya ditubuhi sedikit rambut.

jadi buat soblog yang punya rambut lebat, bersyukurlah.
Sekian teri kasih.

Cast:
Mawar adalah Mahasiswa PMM-4 Sem 5. UIN-SU



 

Selasa, 13 Oktober 2015

AKU CINTA KAMU

Malam soblog…
Apa kabar semua? Setelah beberapa bulan ini off dari dunia blogger. Disini gue kembali akan mengulas kembali kehidupan gue yang penuh dengan liku-liku. Salah satunya dari dunia percintaan. Mungkin cerita cinta setiap manusia berbeda-beda. Namun, mempunyai alur yang hampir sama.

Kenalan, PDKT, Jadian, dan terakhir putus.
Namun dalam setiap perjalanan cinta seseorang tentu ada yang namanya “Kesedihan”
Kali ini gue akan sedikit puitis untuk menyampaikan kesedihan yang sedang gue alami. Tak lagi dengan bahasa alay yang mengungkapkan setiap perjalanan hidupku dengan kata-kata “Gue”, “lo”.

Begini ceritanya.
Aku sebut saja seseorang itu dengan “Dia”
Aku harap di membaca postingan blog ini. Karena dengan membaca postingan blog ini, dia menyadari betapa dalamnya cintaku padanya.

Tadi malam. Tepat Senin, 12 Oktober 2015. Malam dimana aku sendiri mengungkapkan bahwa diriku sangat mencintainya. Sebenarnya sejak lama aku ingin menyampaikan perasaan ini kepadanya. Oh iya. Sebelumnya. Aku ingin memperkenalkan dirinya.

Cantik, hidung mancung, Putih, mata lentik, itu untuk fisiknya. Melainkan dari sifatnya, Baik, Perhatian, bahkan dialah wanita yang sampai sekarang tak bosan menasehatiku untuk “Jangan telat makan ya, bang?” “Udah shalat, bang?” Mungkin hanya aku yang bisa merasakan betapa bahagianya ketika dia memberikan sedikit candaan yang begitu khas.

Ketika malam itu. Aku mulai mengungkapkan rasa yang sebenarnya sudah lama aku rasakan padanya. Ini bukan cinta, tapi lebih dari itu. Kalau saja aku diciptakan dua kali, mungkin aku akan memilih hidup bersamanya semenjak aku lahir sampai aku tiada.

Namun apa daya. Ketika cintaku telah mampu diungkapkan dengan kata-kata, namun ia menolakku dengan seribu bahasa. Aku tau dia mencintaiku sama seperti aku mencintainya, namun dari kata yang ia sampaikan. Ia seakan ingin bersamaku namun terhalang oleh “Janji”. Janjinya kepada dirinya sendiri.

Aku sudah mengenalnya sejak dulu. Bahkan ketika aku belum malu bertelanjang di depan umum (anak kecil). Kami sudah sering dipertemukan dalam acara apapun, baik dalam keadaan suka maupun duka. Bahkan aku tak tau kapan rasa ini timbul. Aku tak tau tepat kapan aku mulai mencintainya. Mungkinkah dia juga seperti itu? Apakah dia mencintaiku seiring berjalannya waktu.

Aku pernah mencuri pandang padanya, bahkan ketika itu aku menganguminya dengan begitu sangatnya. Kalau saja bisa dikatakan, bahwa aku mencintainya tanpa harus dengan kata-kata, mungkin aku tak akan menerima betapa sakitnya ketika tahu bahwa dia tak ingin memilikiku untuk sekarang ini.

Sejarah panjang perjalanan cintaku ini akan menjadi kenangan bahkan ketika aku bercerita kepada anak-anakku, bahwa aku begitu bahagia bisa bertemu, mengenal, bahkan sampai menyayangi dan mencintainya.
Mungkin kalau anak-anak ku bertanya?
“Siapa wanita itu ayah?”
Aku ingin sekali menjawab kelak.
“Itu dia, wanita yang sedang memasak untuk makan malam kita” Lalu anakku itu akan melihat ke dapur dan dengan sigap berkata “IBUUU???”
“Yah, dia. Ibumu”
Dan semoga keinginan ini bukan hanya sekedar keinginan, aku harap kelak ini menjadi kenyataan.

Isi dan perkataan darinya bahwa dirinya telah menganggapku sebagai “Abang kesayangan” Seketika meneteskan air mata yang aku tutupi dengan mencoba tersenyum. Lalu aku kembali mencari titik dimana dia mengakui bahwa dia juga mencintaiku.
Benar. Dia mencintaiku, namun kembali menyayat, dia berkata bahwa ia mencintai namun tak ingin memiliki. Aku sempat berkata dalam hati. “Apa engkau bahagia? Mencintaiku tapi tak ingin memilikiku?”

Mungkin itu pilihan terbaik yang bisa ia berikan kepadaku. Namun dari jawabannya, tersimpan sejuta, bahkan miliaran harapan untuk bisa memilikinya. Memilikinya mungkin adalah kebahagian terbesar yang aku miliki.

Kembali mengingat tadi malam.
Sampai saat ini, aku masih belum percaya bahwa cinta kami harus bertepuk masing-masing sebelah tangan. Kalau biasanya orang mencintai dengan istilah “cinta bertepuk sebelah tangan” namun percintaan kami “Masing-masing bertepuk sebelah tangan” Sebenarnya kami sama-sama mencintai (menurutku) namun tangan kami yang seharusnya bisa bertepuk. Terhalang dengan halangan yang kami buat sendiri.

Aku  menangis, ketika tau kalau sebenarnya dia mencintaiku, namun tak mau memilikiku. Menyayangiku namun tak ingin bersamaku. Aku merasa malam itu dia egois untuk menutupi perasaanya dengan mengatakan tak ingin memilikiku. Ataukah aku yang egois yang memaksanya untuk mencintai dan kumiliki? Itu hanya dia yang tahu.

Terlambat. Itulah inti yang ia katakan ketika aku menyatakan perasaan kepadanya. Kalau saja aku menyatakan perasaan ini jauh sebelumnya, mungkin saat ini kami telah bersama. Maunya. Tapi, lagi-lagi kata terlambat menyisip ditelingaku.

Terkadang aku mengingat sebuah lagu yang liriknya begini.
“Sudah bertahun, kita saling mengenal.
Namun dihati, tak saling tahu ada rasa cinta tak saling mengatakan”
Itulah gambaran dari lirik lagu tersebut.

Mungkin ketika dia katakan bahwa lagu itu menggambarkan perasaannya. Aku akan segera menyatakan perasaan. Tapi, waktu itu aku merasa kalau dia hanya bergurau, namun dihatiku berharap dia bersungguh-sungguh dengan lagu itu.

“BEBERAPA KALI AKU INGIN MENYATAKAN”
1.      Dia dikabarkan dekat dengan seseorang yang aku kenal

Waktu itu, aku sudah tak bisa memendam perasaan kepadanya. Saat itu dia dikabarkan oleh orang-orang disekelilingku sedang berpacaran dengan seseorang. Dan orang itu mengakuinya bahkan ketika aku mendekati “wanita ini” dia si pria itu mengatakan aku “Pengkhianat” Mengambil pacarnya.

2.      Ada yang bilang “Dia udah Dijodohkan”

Saat aku di Medan. Salah seorang keluarga sedang pesta. Aku sempat mengatakan ingin berjumpa dengannya. Namun aku jauh darinya. “Kalau saja abang disitu, pasti kita cerita-cerita dek” Mungkin dia masih ingat.
Beberapa hari setelahnya, aku menghubungi salah satu saudara sepupunya. Dia mengatakan “Bang, waktu pesta dia dipaksa menari(menortor) sama bang “S***am* dikelilingi” Aku sontak terkejut. Aku tak percaya, aku mulai membuang perasaan sayang kepadanya. Karena setelah itu ada banyak perkataan bahwa keluarga ingin menjodohkan/mencocok-cocokkannya kepada pria itu. Tapi, namanya juga rasa. Itu kembali hadir.

3.      Musibah datang ketika ingin mengungkapkan.

Ketika salah satu keluarga dekat pesta untuk menikahkan putrinya. Aku berniat pulang ke kampung. Padahal tak ada libur. Karena sebelumnya telah berhubungan dengannya beberapa minggu sebelum pesta. Aku berkata “Dek, aku ingin sekali nanti kita ketemu di tempat memasak di dapur, cerita-cerita. Adek membuat sama abang teh manis” Padahal aku ingin mengungkapkan perasaan kepadanya. Sebelum pesta sepupuku selalu bertanya “Cekbon (dia memanggilku dengan panggilan itu) jadi kau pulang?”
Dengan semangat aku berkata jadi. Sampai di kampung aku kembali ditanya sama orang tua. “Kenapa mesti pulang, nak?” aku jawab “Iya mah, lagi pengen. Lagian aku jarang ada pesta kalau lagi di kampung” Padahal sebenarnya yang ada dalam hati “Iya mah, pengen ketemu sama calon menantumu” Kisah disini mungkin lebih panjang.

Aku tiba di kampung. Kesenangan menyelimuti hari-hariku sebelum pesta. Bahkan aku sudah menghayal kalau akan menemuinya. Dan akan memegang tangannya di malam itu.
Malam yang kunanti tiba. Orang tuanya dan keluarga lain telah ada dirumahku. Namun, aku tak melihatnya. Aku sempat kecewa. Aku sempat berdoa, “Ya allah, mudah-mudahan dia datang”
Tiba-tiba.
“Hamdan, sms kan dulu (Si Dia) suruh dia datang bersama (Abang si Dia)”
Aku berlari cepat mencari signal. Karena di kampungku sangat sulit untuk mendapatkan signal. Aku menghubunginya “Nomor yang anda tuju sedang sibuk”
Kekecewaan kedua kalinya. Aku berkata pada orang tuanya “Dia tak bisa dihubungi”
Aku kembali berjalan mondar-mandir kesana kesini berharap dia datang. Daaannnn…. Alhamdulillah, dia sudah di depan mata. “Ya allah, doaku engkau kabulkan”

Raut senang aku tutup-tutupi darinya. Padahal senangnya luar biasa. Entah kenapa ketika sudah bersama dan dia berdiri dan duduk disampingku, bibir ini tertutup. Mungkin karena ramai. Dan bahkan ketika dia sudah mencoba mendekat, mungkin ia ingin mendengar suaraku. Aku masih saja kaku. Dan ketika aku ingin memberanikan diri untuk mengajaknya ke belakang. Musibah datang. Ayahnya tiba-tiba sakit. Parah yang harus membawa mereka pergi dari kampung. Aku sedih… Sangat. Aku kembali Gagal.

4.      Orang lain ada di Hatinya “Orang berkata itu”

Lama rentang waktu dari ke-3 itu dengan ke empat ini. Namun  rasa cinta dan sayang kepadanya makin hari makin membara. Kabar bahwa dia sudah pacaran dengan salah satu pria yang semarga dengannya kembali menyeruak. Aku sedih bahkan lebih sedih dari yang mungkin dia bayangkan.

Aku bertanya padanya apakah itu benar? Dia berkata, semua itu fitnah. Aku percaya kepadanya, bahkan kepercayaanku pun telah hilang kepada orang lain ketika aku mendengar apa yang ia katakana, Kalau dia berkata tidak. Berarti itu tidak. Teman-teman berusaha meyakinkan ku, aku tetap percaya padanya, itu karena aku mencintainya sampai aku percaya dengan semua apa yang ia katakan. Mungkin kalaupun dia berbohong, aku akan tetap percaya. ITULAH KEKUATAN CINTA. Tapi aku yakin dia tidak pernah membohongiku.

Namun ketika malam tadi. Saat yang aku rasa tepat untuk mengatakan cinta, namun sudah terlambat untuknya. Namun aku yakin suatu saat dia menyadari bahwa kami sama-sama mencintai dan menyayangi dan ingin saling memiliki. Amin Ya Allah….

SURAT CINTA UNTUKMU YANG AKU SAYANGI…..
“Kamu, dengan membaca ini aku harap engkau masih mengakui bahwa engkau mencintai dan menyayangiku. Aku mencintaimu… Aku menyayangimu… Aku mengasihimu… aku mohon jangan biarkan kita sama-sama mencintai namun tak bisa saling memiliki.
Kenapa engkau menyiksaku dengan pernyataanmu itu?
Apa engkau mengatakan cinta kepadaku, hanya untuk membuatku senang.
Tidak sayang, kesenangan dengan engkau mengatakan bahwa “engkau juga mencintaiku” tak ada artinya kalau hatimu belum bisa kumiliki. Terserah engkau bilang aku seegois ini. Aku menyayangi bahkan ketika rasa sayangku belum ada untuk siapapun.
Aku mohon katakan bahwa kau juga mencintaiku dan ingin memilikiku… please…
Aku tunggu saat-saat itu.

Untukmu yang kusayang….
Jauh disana…..

I LOVE YOU

Selasa, 02 Juni 2015

KEJADIAN MEMALUKAN DI DEPAN DOSEN

Malam soblog…
Ada yang belum tidur?
Ada yang ,asih nungguiin gue ngepos yah? Hahahaha…

Sabar… Sabar…
Gue bakal posting mala mini.
Begini ceritanya.

Hari sabtu, biasanya gue kan libur tuh? Nah, salah satu Dosen mata kuliah gue tepatnya Statistika Matemtika, minta masuk untuk menambah jumlah pertemuan agar memenuhi SKS. Tau kan SKS?
Bener apa yang ada difikiran soblog. Senam Kesehatan. *Hussshh.. salah.
Yang bener itu Sistem Kredit.

Ketua kelas udah bilang kalau kami masuk jam setengah delapan. Atau kalau anak Matematika bilangnya 07.30 Kalau waktu di Inggris gue bilangnya Seven Thirty. (Ngarang) gue gap Pinter-pinter Bahasa Ingris.

Malamnya gue tidur dengan pulas, mata tertutup, alis bergoyang-goyang. Cita-citata konser. Loh, apa hubungannya? Jangan difikirin yah soblog. Entar kerasukan Arwah Kuntilanak Duyung? Hahahaha

Adzan Shubuh, tak sekatapun gue denger. Gue tetep dengan mata tertutup rapat tanpa celah, kalau ada celah semut sering masuk soalnya. Kata mereka mata gue manis. *wekkk

WTF yang artinya “what the fuck” Jam delapan sudah??? Astaga gue telat. Tanpa basa dan basi, gue Cuma cuci muka doang, karena wajah gue ganteng *sepertinya gue ga perhatiin ada belek atau enggak dimata gue. Tapi, setelah gue liat-liat ternyata enggak ada. Paling Jalanan Iler yang udah gue aspal dengan mencucinya dengan shampoo. Astaga kok shampoo, pake sabun cuci muka *emangguepunya? Udah deh gue jujur aja kalau gue cuci muka pakek sabun TELEPON. Puas???
Gue lupa gue nyikat gigi atau enggak yah? Kayaknya udah! Soalnya saat gue ngomong ke tukang angkot dia ga pingsan. Berarti gue udah……???? WA…. NGI. Bener. Ternyata soblog pinter-pinter juga. Hehehehe…

Oke soblog kita berlanjut ke cerita Pak Tarno. Pacaran Tak Pernah dengan Otak Porno. Asekkkk. Prok prok nya mana nih soblog.
Gue enggak sempat sisiran, ga sempat bedakan, lipstikan (ini ngayal), yang sempat cuman update status di BBM. Itu mah wajib. Hahahahahah….

Gue naik angkot. Biasalah, biar dibilang merendah aja. Hahahaha… padahal karena ga’ ada motor. Kalau ada motor kan jelas gue …. Naik angkot juga. Hahahaha enggaklah. Lama-lama gue stress nih. “astaghfirullah, janganlah sampai’

Di angkot gue sempat BM beberapa temen sekelas gue. ‘Bapak udah masuk?’ gitu. Tapi, satu orang pun tak ada yang bales. Hidup ini kadang kejam soblog.
Gue liat jam ditangan gue, kebetulan pemberian si Doi. Kok jalan terus, pengen gue banting. Tapi sayang, pasti gue gak bisa beli seperti itu lagi. Hehehehe

Gue lagi-lagi harus dikecewain sama si sopir Angkot yang punya kendaraan lamanya ngalahin keong lagi jalan. Lama amat, tiap ada orang yang berdiri si tukang angkot bilang “UNIMED dek?”
Pengen gue ambil alih stir mobilnya. Sayang gue ga bisa bawa mobil. Apalagi angkot, bawa motor aja sering lupa mana ngegas, mana ngerem. Suka kebalik. Kalau ada kucing niat mau ngerem, eh gue ngegas, akhirnya kucingnya pun mati setelah dibawa ke rumah sakit. Fiksinya keren kan?

Dan setelah menempuh perjalanan yang lumyan deket, cuman lama karena si angkot. Gue sampai di gerbang. Gue check Hp gue buat mastiin dimana lokasi kelasnya. Ternyta di Tarbiyah 1 Lantai 1 Ruang BKI kalau enggak salah nomor nya CR. 1.01 entar gue cek lagi bener atau enggak.

Gue sok-sok mempercepat cara jalan kaki gue. Padahal gue lari, gue kasih efek-efek lari kayak Rhoma Irama lagi ngejar Rika Rahim. Keren kan?
Sampai gue ke gedungnya, belum kelasnya.

Gue mondar mandir kayak orang lagi puasa nungguin bedug. Kalau gue nyari-nyari kelas. Gue udah linglung. Gue cek lagi sms dari ketua kelas. Ternyata ruangannya tertutup dan dengan menbaca bismillah, tarik nafas gue buka pintu perlahan.

Saat muka polos, dan tanpa dosa gue ini masih nongol setengah, sekelas udah terbahak-bahak..
“HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA” Panjang amat ketawaknya. Gue fikir apa gue ada salah penampilan, apa gue malah pakek rok tetangga gue yah?

Gue cek, enggak ada yang salah.
Emang dasar dengan kepolosan gue, gue berjalan pelan menuju bangku kosong, kebetulan ada di depan sang dosen. Dan semua orang masih tertawa gue mulai berfikir apa yang terjadi. Dan terdengarlah suara salah seorang temen gue.

“KAMI UDAH PULANG HAMDAN….”

APAAAAHHHHH???? Gue menjerit dalam hati. Pak Dosen mandangin gue dengan senyum yang, membuat gue tambah malu.
“Bapak saluuut sama kamu” Beliau mengacungkan jempolnya. Terus ngomong-ngomong sebentar dan berlalu pergi.

Gue datang sia-sia, Gue dateng saat perkuliahan udah selesai. Semua orang masih menertawakan gue,. Sumpah gue malu banget.
dan Besok beliau masuk lagi, mudah-mudahan gue ga telat lagi. Masuknya jam delapan, tadi gue di sms.

Udah dulu soblog, gue mau tidur.



Sabtu, 23 Mei 2015

BUKU MADIS DARA MANIS (KISAH LUCU BUKAN MAGIS)


Hai soblog..
Apa bakar??? Sehat kan???
Lama ga’ ngepos, gue jadi kangen sama sobat bloggers semuanya. Sebenernya bukan ada halangan untuk ngeblog. Lagi-lagi karena kata malas yang membuat gue harus absen dari blog beberapa minggu ini.

Di postingan kali ini, gue mau membahas yang terjadi pada gue, kemarin. Dari judul diatas, para soblog tentu berfikir. ‘Apa maksudnya’ ya kan, ya kan? Hahahaha. Gue kok seneng amat hari ini? Soalnya followers twitter gue nambah satu.

Pengen sih gue rayain dengan motong nasi tumpeng. Tapi sayangnya, gue ga; bisa buat nasi tumpeng. Masak nasi biasa aja selalu berubah jadi bubur. Kalau enggak masak nasi eh waktu diangkat jadi beras lagi. Aneh kan?

Karena ceritanya mulai lari dari jalur. Kita benerin lagi yah? Okeh?
Kemarin, hari Jumat. Berhubung minggu kemarin mata kuliah gue berkurang satu. Sehingga kemarin gue tinggal satu mata kuliah lagi. ‘Matematika Diskrit’

Karena gue ga’ punya buku paket di mata kuliah itu. Gue minjem nih ke salah satu temen gue dikelas sebelah, yang kebetulan hari itu juga masuk dimata kuliah Matematika diskrit. Emang gue sering minjem buku setiap hari Jumat.

Dosen masuk. Masuk kandang. Hahaha, masuk kelas maksudnya. Masa kandang, emangnya dosen kami Tumbuhan apa? Oala salah lagi. Emangnya dosen kami Hewan apa? Enggak kan?
Pembelajaran dimulai.
“Hari ini, ibu akan memberikan soal MID kepada kalian, dan dikumpul besok. Kalian maunya jam berapa? Jam sebelas apa jam dua?” Tanya dosen member kesempatan untuk kami memilih. “KOSMA, jam berapa?” Tambahnya lagi. Udah kenyang?? *apaan sih

“Jam 11 aja bu?”
Keputusan yang salah menurut gue waktu itu. Gue kan bangun lama nih. Bisa-bisa gue ga’ sempet ngerjain kalau ngumpulnya jam segitu. Akhirnya, dengan diam seribu bahasa gue menerima keputusan itu.

Dosen keluar. Keluar kandang. Aitss, gue salah ketik lagi. Keluar dari kelas maksudnya. Kenapa dari tadi gue ingatnya kandang melulu yah? Jangan-jangan naluri kehewanan gue yang membisikkan itu. *kita ke cerita aja lagi ya?

Plantang plenteng, KOSMA maju ke depan. “Teman-teman, blab la bla” jelasnya sesuatu yang kurang penting. Eh penting deh. Soalnya ini masalah kampus. Info kedua “Begini teman-teman, bagaimana kalau kita mengerjakan soal MID itu hari ini juga, jadi besok kita tidak perlu ke kampus lagi”

Okeh juga. Fikir gue.
Dengan alur cerita yang gue males nulisnya. Akhirnya kami dibagi kedalam empat kelompok untuk mengerjakan soal MID itu. Setiap kelompok mengerjakan satu soal. Gue berada dikelompok pertama. Makhluk yang ada satu kelompok dengan gue.
*Mbak fitri: Paling sibuk marahin gue. Sampai gue jadi stress
*Wak Juli: Taunya Cuma nungguin jawaban doang. Dia sibuk dengerin radio
*Juliana: Ngobrol doang sama Indra
*Indra: Temen Juliana ngobrol
*Dea: Grasak grusuk tak menentu
*Mamak (Nazla): Dia ngapain ya? Kayaknya Cuma megang HP android aja kerjany
*Dila: Menggosip sama dea

Ya udah gue mondar mandir nanyain sama yang jauh lebih pinter dari gue tentang jawabannya. Tanya sama Jessika (Mila) bukannya dapat jawaban eh malah tambah oon guenya. Minta catatan Zahwa, eh catatannya ga’ lengkap. Nah, nanya Desi barulah otak gue sedikit mencair. *untung ga’ meleleh.

Dikelompok lain udah pada sibuk nyari jawaban. Kelompok gue sibuk nungguin jawaban. Akhinrnya dengan gentle (Asik) gue mulai maju ke depan menjawab pertanyaan yang ada.
Gue udah tulis di depan. Ada aja makhluk yang jahil.
“HAMDAN, Tulis ulang lah yang cantik. Kami ga’ tau dari mana baru kemana?” Suaranya mengalahkan auman Harimau.
‘Sabaaaar’ dalam hati gue. Padahala gue udah tegang pengen mengutuk orang itu jadi orang utan.

Gue perbaiki lagi dengan cantik. ‘PUAS LO’
Emang yah? Dikelas gue ini ada aja makhluk yang ga’ puas.
“HAMDAN? Itu uda dijamin bener?”
Dikasih jawaban pengen yang bener. Eh, tanya dosennya lah. Kalau mau bener lagi, sana gih shalat Istikharah dulu, minta pendapat Allah SWT.

Belum lagi saat gue udah siap nulis dan mereka tulis kedalam lemar jawaban. Ternyata ada sisa yang belum gue tulis. Gue maju lagi. Ada lagi yang nyolot.
“LOH, yang tadi salah?”
“LOH, apa lagi itu Hamdan?”
“LOH, jawaban tadi uda kami tulis loh Hamdan?”

Ampunni hamba tuhan.
“INI PENAMBAHAN” Suara gue masih lembut disini. Gue ga; mau sisi kebaikan gue pudar hanya karena kalimat-kalimat diatas.

“OH…. Banyak ga’?
“Kayaknya ga’ muat lagi lah?”
Hem. Gue pasrah. Teman-teman ini emang yah, bikin emosi aja.

Itulah sekilas perjalan gue kemarin. Lalu apa hubungannnya dengan Judul diatas? “DARA MANIS”

Begini.
Buku yang gue pinjem ternyata hilang. Padahal waktu gue pinjem sama temen gue itu dia bilang “Jangan ilang ya, Hamdan” Gue dengan pede jawab.
“Mana mungkin gue ilangin”

Lalu ternyata emang bener bukunya ilang. Tadi bukunya tukeran sama Dea. Dea emang udah bilang sama gue. “Hamdan, buku kita ketukar”
Gue dengan santai bilang. “Nanti ajah” Karena gue masih sibuk ngerjain soalnya.
Dan sekarang ilang. Gue stress. Tanya Dea. “Tadi aku letakin disini, Hamdan”
“Jadi mana. Itu aku pinjem loh Dea”

Gue modar-mandir. Emosi gue belum memuncak sampai disini. Saat gue keluar mau nyari tahu mungkin ada temen yang tak sengaja ambil bukunya. Tiba-tiba wajah gue dicoret sama kue Ulang tahun. Pelakunya itu Rafsanjani, si kampret satu itu buat gue emosi. Gue lagi stress nyari buku bisa-bisanya dia masih main-main.

Gue tau emang walaupun gue emosi. Wajah gue masih imut (hehehe) tapi gue lagi stress nyari buku itu. Padahal gue udah janji bajalan jaga buku itu. Semua orang gue tanyain. Dea ikut andil mencari.

Saat gue masih sibuk, Dea datang.
“Hamdan…. Ini bukunya?”
Alhamdulillah. Fikir gue.
“Tadi kebawa sama Wahida”

Liat kan soblog. Semua temen gue emang cari masalah hari itu sama gue.
Sebelum dapet gue sempat tanya sama Khairul siapa nama atau apa tanda-tanda buku itu.
“Ga’ au namanya Hamdan. Pokonya ada namanya ditengah-tengah lembar pertama”

Gue cek buku yang dikasih sama Dea.
Tertulis nama Indah “DARA MANIS” dan tanda tangan cewek itu dibawahnya. Gue tanya temen sekelas tak ada yang tahu siapa Dara Mani situ. Kelas sebelah gue. Mereka masih belum keluar karena masih ada Dosen. Sepanjang menunggu mereka nama Dara Manis berpuluh kali gue sebut. Dan temen-temen gue juga membahas tentang si Dara Manis.

Rais sempet pengen minjam bukunya.
“Aku minjem bukunya lah”
“Jangan, ini Punya Dara Manis” kata gue, padahal gue belum tahu siapa itu Dara Manis.

Sampai mereka (kelas sebelah) keluar. Gue kembaliin sama temen gue itu (Ayu) bukunya dan nanya siapa itu Dara Manis.
“Yu, buku yang  gue pinjem namanya Dara Manis. Siapa sih itu?”
“Ada deh” Katanya.

Sampai sekarang gue belum tau siapa itu Dara Manis. Gue masih penasaran, dan sepanjang jalan menuju gerbang temen-temen nanyak. “Hamdan siapa jadi si Dara Manis itu?” Gue hanya bisa jawab.
“Ga’ tau”

Siapapun engkau Dara Manis. Makasih uda mau minjemin bukumu untuk gue, walaupun sempat hilang. Tapi gue udah berusaha untuk mencarinya dan akhrnya kembali ke tanganmu. Minggu depan aku minjem lagi yah Dara Manis. Heheheh

Oke soblog sekian dulu yah?
Bye…. Jangan lupa follow
@hamdanmoonthe




Senin, 11 Mei 2015

SELAMAT ULANG TAHUN CEKLAM GIRL

Ucapan mini makna maksi
Sahabat yang pernah mengisi kekosongan. Sahabat yang pernah memberi warna dalam hidup. Kau hanya satu Ceklam, takkan terganti. Di Usiamu yang ke-20. Tak ada kado istimewa yang bisa aku berikan. Hanya sebuah catatan kecil yang aku tulis di dalam capture itu.

Semoga diusiamu yang sekarang telah berkepala dua, membuatmu lebih dewasa dalam tingkahlaku, dan pemikiran.


Hari ini, sahabat gue berulang tahun soblog. Waktu SMA, dialah salah satu sahabat cewek yang paling akrab dengan gue. Nama aslinya Riski Riani, ada marga dibelakang namanya Siregar. Sekarang dia tinggal di luar kota. Tepatnya di Jakarta.

Mudah-mudahan dengan membaca blog ini, dia bisa kembali mengingat masa-masa kami bersama dulu. Jalan ke tempat les, Takut ada anjing yang mengonggong, Mengantarnya ke rumah Om-nya, dan masa-masa indah bersamanya takkan terlupa.

Sekali lagi buat ceklam, jangan pernah berubah yah?
Walaupun engkau di Jakarta sana. Tetaplah menjadi ceklam yang kami kenal dulu. Ramah, Lugu, dan pastinya selalu membuat ceria.

Jakarta bukan salah satu tempat untuk membuat perbedaan Ceklam. Jakarta bukan pemisah jarak dalam keakraban, dan Jakarta bukan saja sesuatu tempat yang mampu mengubah karakter manusia. Manusia itu sendirilah yang mengubah dirinya sendiri.

Gue udah kayak emak-emak nih kayaknya. Nasehatin muluk. Oke deh ceklam, Semoga dirimu bisa membaca celotehan kecil dari gue. Sekali lagi, Happy Birthday...

Senin, 27 April 2015

ENAKNYA JADI ANAK TERAKHIR (KISAH LUCU DIBALIK ANAK PEMALAS)

Malam soblog...
Apa bakar semua???

Udah beberapa minggu ga' ngepos sakitnya tuh disini. Dimana-mana diatas dunia, banyak orang bermain musik*

*Loh kok jadi nyanyi

Sekarang gue lagi kurang enak badan soblog. Tapi, tunggu dulu istilah 'Kurang enak badan' itu untuk orang kaya. Kalau gue bukan kurang enak badan. Lebih keren dong 'Lagi ga' enak tubuh' lebih berpendidikan ga' sih kedengerannya.

gue itu lagi pilek. Pilek itu, orang yang ga' ganteng-ganteng amat itu kan?
*itu jelek Hamdan.
Oia, maaf-maaf. Batman lupa. Hehehe... Biasa faktor usia.

Malam ini gue ga' mau tau tulis tentang apa. Enaknya nulis tentang apa yah? Tunggu bentar gue browsing dulu.

Setelah gue nulis keyword di google 'Enaknya nulis apa di blog?' gitu. Akhirnya gue dapet ide buat nulis apa. Yaitu ialah....

Gue ambil dari jawaban salah satu anak yahoo answer yang namanya 'KIJUNS' yang mana ia nulis jawaban seperti ini:

Isi aja tentang 
-cerita hidup kamu 
-puisi/cerpen yg kamu tulis 
-tips and trick 
-review film/makeup/tempat hang out/games 
-link download film/games 
-etc 


Ya udah deh. Gue bicara tentang hidup gue aja. Hidup yang penuh dengan lika-liku. Kayak lagu dangdut itu loh. Yang begini:
'Hidup penuh liku-liku, ada suka ada duka. Semua insan pasti pernah merasakannya'

Kita mulai dari cerita gue yang seorang pemalas.

Gue dulu waktu kecil itu sangat dimanja sama orang tua gue. Namanya juga anak kecil. Bayangin aja, waktu gue SD dulu, kata mamah gue bangun aja mesti di gendong dulu. Mama datang ke kamar, terus ngangkat gue. Ga' kebayang deh kalau udah gede gini masih digituin. Bisa-bisa mamah patah tulang. Hehehe... 

Kalau ga' diangkat juga, gue bakal teriak dari kamar.
"ANGKAAAATTTTT..."
Ini fakta soblog. Jadi, gue waktu kecil anaknya pemalas banget. Sampai mamah pernah nasehatin gue gini.

"Abang-abang kamu ga' ada yang kayak kamu. Lihat tuh abang sama kakakmu, masih SD udah mau ngawanin ayahmu menderes" Kalau mamah terus ngoceh gini gue pasti jawab begini.
"Aku ga' mau gede nanti juga jadi penderes. Kalau aku tau bagaimana cara menderes, entar aku jadi penderes mah. Aku ga' mau"

Mamah hanya bisa geleng-geleng kepala denger jawaban gue itu. Kalau Ayah, ga' pernah mau ambil pusing tentang gue. Dia biarin aja gue berbuat seenak jigong gitu aja. Kalaupun ayah perlu bantuan misalnya, ke ladang ngangkat getah. pasti mamah yang bilangin.
"Hamdan, besok kawanin ayah ngangkat getah yah? Apa kamu ga' kasihan ayah mu udah tua gitu?"
Selalu ada nasehat di belakangnya. Mamah emang kalau ngomong selalu ada nasehatnya, persis mama Dedeh, badan mamah sama Mama Dedeh sebelas duabelas lah.

Emang dasar anak pemalas gue-nya. kalau lagi rajin, yah gue bantuin. Kalau lagi malas gue dateng, paling dipagi harinya gue lama-lamain bangun. Soalnya Ayah dan Mamah itu pergi ke ladang pagi amat, kira-kira jam setengah tujuh udah bernagkat. Buntut-buntutnya gue ga' jadi bantu ayah.

PESAN MORAL: Jangan dicontoh ya soblog. Kalian harus selalu bantu orang tua kalian.

Kalau sekarang gue udah lumayan rajinlah bantu ayah. Kalau pulang ke kampung, gue mau kok bantuin ayah. Malas-malasnya gue itu waktu SD sampai SMA lah. Kalau sekarang gue malas, udah ga' nasehat lagi soblog yang dateng dari mamah, tapi ancaman,

"Kamu mau, ga' lanjut kuliah?" Suara mamah yang satu ini ga' bisa dilanggar lagi.

Kalau udah gini, mau terpaksa atau enggak. Gue tetep bantuin ayah ke ladang buat ngangkat getah. Disini kadang fungsi gue sebagai anak paling bontot yang selalu dimanja kagak ada lagi.

 Nah, suka dari yang gue alamin menjadi anak paling bontot begini. tapi ini ceritanya waktu kecil.
Udah beberapa hari gue sakit ga' sembuh-sembuh. Mama udah mulai bingung dengan gue. Padahal sakitnya cuman demam biasa aja.

Nah, dikampung gue itu, ada yang namanya orang pinter yang ada tahu-tahunya. 
*Ya iyalah ada tahu-tahunya kalau ga' ada ga' orang pinter dong namanya.

Setiap kali sakit mama pasti bakal kesana. Bukannya mau menduakan Tuhan ya soblog. Tapi, lebih ke usaha untuk gue sembuh. Jadi, mamah mendatangi orang pinter juga. Kebetulan family gue juga.
Jadi, adik ayah yang laki-laki adalah suami orang pinter ini. Tapi, om itu udah meninggal beberapa puluh tahun yang lalu. Gue aja ga' kenal.

"Dek, agak kau lihatkan lah dulu kenapa anak kita itu sakitnya kok ga' sembuh-sembuh"
Sepertinya mamah bilangnya gitu deh.
Nanguda (Tante) itu langsung melihat ada semacam tulisan jadul gitu yang hanya orang-orang tertentu yang bisa membacanya, kalau dikampung cuman dia yang bisa.

Gue kan waktu itu ga' ikut. Mama langsung pulang dan menyampaikan informasi apa yang ia dapat dari orang pinter tesebut.
"Nak, jadi mama udah pigi tadi ke tempat Nangudamu. Katanya ada keinginanmu yang pengen sekali kau dapatkan. Kalau begitu sembuh lah ya nak, apapun itu keinginanmu kita beli"
Mama sok sedih gitu. padahal dalam hati gue udah bersorak gembira. 'Waduh, gue bilang apa yah? mobil? ah kemahalan, apa yah?' Khayalan gue melayang-layang.

Sebenernya ada satu keinginan gue waktu itu.
"Aku pengen sepeda mah, aku pengen itu" Gue juga sok sedih gitu. Padahal gue seneng bisa mendapatkan sepeda itu. Kenapa gue pengen sepeda, soalnya dikampung lagi musim naik sepeda, gue juga ga' mau ketinggalan dong.
"Ya udah nanti dibelikkan. Yang penting sembuh la dulu kau"
Pesan mamah, Kalau gue bilang mobil, kira-kira di iyain ga' yah? atau mamah malah pingsan?

Beberapa hari kemudian gue sembuh, dan sepeda telah ada didepan mata gue.
Mungkin kelicikan gue yang sakit dulu baru dibelikkan sesuatu berlanjut sampai masa gue SMA dulu.

Mungkin udah dulu cerita hidup gue hari ini, makasih buat saudara/i 'Kijuns' yang telah memberi inspirasi buat gue.

Untuk para fans gue yang ga' sampai lima orang, jangan lupa buat follow twitter gue di
@hamdanmoonthe

Rabu, 22 April 2015

Photo-Photo Baru Hamdan Moonthe

Kepala siapa tuh yang nongol?!...

Keren ga'?

Mau nunjukin punya jam aja sih

Wah, gue di kerumuni cewek-cewek ALAY

Apa???

Stay cool aja deh, daripada dibacok sama cewek jilbab hitam

Diantara cewek-cewek cantik, gue ga' kalah cantik. Wkwkwkwk... canda kali

Sorry, tangan gue ga' panjang

Semua udah siap?? 1..2..3... ckelek

Dua.... Sar*mi isi dua...

Senyummu mengalihkan pembicaraan...

What's?? Poto sama Terong??

Yeyeyeyey... Gue jam baru.

Kita mulai dari nol ya pak?

Udah jangan rebutan. Gue tau kalau gue keren.

Gaya gue dari tadi gitu-gitu aja.

Rabu, 08 April 2015

DIA ITU BISA BUAT AKU BAHAGIA

Malam soblog!
Apa bakar??


Sekarang udah tanggal berapa? Pokoknya udah bulan April kan? Iya, sekarang udah bulan April. Blog gue terbengkalai. Sorry ya blog. Gue jarang nyentuh lo. Soalnya gue lagi sibuk banget. Tapi, malam ini gue siapkan diri gue buat nulis blog ini.

Gue mau nyeritain seseorang yang special banget sama gue. Something special gitu soblog. Seseorang ini lebih special daripada Martabak special. Kalau diibaratkan makanan, dia itu ibarat Kuaci, kecil tapi ga’ pernah kenyang makannya. Mau nambah terus.

Dia itu pembaca setia blog gue. Hampir setiap hari gue sms an sama dia. Nanyak kabar, tawa-tawa bareng. Pokoknya orangnya buat bibir tersenyum muluk. Baru-baru ini gue ketemu sama dia, di Pesta sepupu gue.

Malam itu, sumpah gue ga’ bisa ngomong apa-apa. GUe hanya diam, ngomong terbata-bata. Takut salah ngomong, kalau salah kan, dia bisa ilfil. Dia berdiri disamping gue. Cantik banget. Bidadari mah, kalah.

Gue manggil dia ‘Adek’. Dia manggil gue ‘Abang’. Persis nama Usaha dagang. UD. Abang Adik. Wwkwkwkw
Malam ini gue juga sms-an sama dia. Begitu mesra, bahkan lebih mesra dari Romeo dan Juliet.

Hampir beberapa tahun, gue dan dia berhubungan. Sms an, telponan, tapi lebih dominan sms an sih. Biasanya gue yang duluan ngesms. ‘Adekku cyank’ gitu. Terus berlanjut deh. Gue ga’ mau ungkap siapa namanya. Gue cuman kasih tau kalau dia itu cantik banget.

Inisialnya R.I.R, gue ga’ tau gimana kelanjutan hubungan gue dengan dia. Gue rasa ini bukan sekedar rasa sayang ke adik deh. Tapi bisa aja lebih. Tapi, gue coba tahan perasaan gue ke dia. Soalnya, gue takut gue kecewa.

Hal yang paling gue seneng dari dia, adalah selalu becanda. Yah, dia selalu bercanda, jadi gue ga’ pernah bosan dengan dia. Andai dia tau kalau gue ga’ mau kalau dia itu menjauhi gue. Berat banget sehari aja sms gue ga’ dibalas. Gue takut banget.

Soblog udah dulu yah?
Gue mau istirahat dulu. Sebenernya banyak yang mau gue bahas tentang dia. Tapi, uda dulu soblog.
Buat adek yang lagi baca ini. Jangan pernah berubah sama abang yah dek?

















Oke soblog, follow my twitter di

@hamdanmoonthe

Sabtu, 28 Maret 2015

KOK GUE KATANYA GA' BERJIWA KEPEMIMPAN??

Malam soblog. Apa bakar nya nih?

Mala mini malam minggu kan? Gue takut gue salah soblog. Soalnya malam-malam gue semua standard not special. Mungkin sekarang para soblog lagi berduaan sama doinya. Lagi boncengan di atas polisi tidur, suap-suapan di restoran, atau hanya sekedar telponan.

Terserah para soblog. Sedang gue disini sedang menanti si doi nelpon. Katanya sih malam ini mau yayang-yayangan. Lucuna. Hahaha… malam minggu emang bisa di deskripsikan sebagai malam kebahagian, dan malam kekecewaan. Bahagia untuk kaum pecinta, dan kecewa bagi kaum jomblo.

Gue ingat malam minggu kemarin ga’ jauh beda dengan malam minggu gue yang sekarang ini. Hanya saja, tanggal yang berlainan. Itu doang.

Kemarin, gue baru post tentang kehilangan salah satu sosok pelawak yang sangat fenomenal.Gue buat itu emang gue merasa kehilangan orang lucu di Indonesia ini soblog. Gue kalau udah nonton beliau di acara lawak harian ‘Pesbuk*rs’ gue kekeh banget.

Kali ini gue ga’ mau ngebahas tentang itu. Sudah banyak acara di tipi yang bahas, bahkan di berita online rata-rata tentang kepergian Olga Syahputra. Sempat gue berfikir. ‘Entar gue ninggal, seheboh ini ga’ yah?’ Terus batin gue menjawab: ‘Kayaknya enggak deh’. Tetangga gue nyahut ‘Ngarep’. Ceritanya lari.

Pemimpin. Yups, pemimpin. Kali ini gue mau ngebahas tentang kepemimpinan yang berhubungan dengan presentase gue beberapa waktu yang lalu. Kamis. Ya hari Kamis gue maju makalah dengan materi ‘Kepemimpinan Dalam Organisasi’

Sebelumnya, atau hari Rabu gue udah maju untuk pertama kali di semester empat ini, sebagai pemakalah. Di mata kuliah ‘Psikologi Pendidikan’. Gue sebagai pembicara pertama waktu itu. Temen sekelompok gue yang bernama ‘Suryani dan Nurul’ pembicara selanjutnya.

Aman, makalah disini masih aman. Para audience dengan tampang begok percaya aaj dengan gue dan yang lain kalau makalahnya bagus. Padahal emang bagus. HEHEHEH

Selesai makalah ini, gue ngerjain makalah lain untuk besok. Gue yang hanya satu-satunya cowok dikelompok ini, merasa ga’ enak dan pengen pulang karena udah penat banget.
“Eh, gue boleh pulang ga’?” Tanya gue pada salah satu temen kelompok.
Awalnya gue ga’ diberi ijin. Gue diem, wifi an dengan hp gue.

Lokasi gue dan yang lain ini ngumpul di koridor kampus. Tepatnya di depan ruang computer. Lokasi ini emang sering digunakan anak Jurusan gue (Matematika) buat ngerjain tugas, atau hanya sekedar gosipin dosen killer.

Saat gue liat mereka sibuk dan sedikit ada perbincangan.
“Boleh pulang yah?” Dengan wajah senyum namun tampang mesum, gue nanyak. Padahal gue tau, mereka ga’ ada ngebahas tentang boleh pulang.
“Siapa bilang?”

Beberapa kali, ga’ berhasil. Gue kesel amat. ‘Bagaimana mungkin mereka ga’ ngasih gue pulang padahal disini gue ga’ ada kerjaan juga. Gue belum makan dari pagi’
Bener. Gue emang belum sarapan dari pagi sedang jam udah nunjukin  tiga. ‘Gue harus pulang’

Terus salah satu yang mungkin sebagai ketua dari kelompok ini ngomong.
“Lo boleh pulang, but lo yang buat power point nya yah?”
“Iya!”
Gue iyain aja biar cepet. Gue takut dia berubah fikiran. Padahal gue tau gue ga’ bakal ngerjain itu. Hahaha… Liciknya gue. “Tapi, ngirim makalahnya jangan kelamaan yah? Lewat jam Sembilan” sambung gue sambil megangin rambut gue yang ikut bersorak gembira.

“Jangan lewat jam sembilang, maksud lo?”
“Hah. Itu maksud gue”
“Oke deh. Lo kerjain yah?”
“Iya”

Gue pulang. Akhirnya gue bebas dari kepungan cewek-cewek sosialita tingkat primer ini. Gue langsung menuju mobil pribadi gue (angkot). Menuju rumah.

Malam harinya. Gue hubungin salah satu temen sekolompok gue. Oia, soblog belum tau kan yang tadi makalah mata kulaih apa? ‘Telaah Kurikulum’ itu dia mata kuliahnya. Sedangkan besoknya gue harus maju dua makalah.

Pertama. ‘Manajemen Organisasi (MO)’. Makalahnya udah clear gue ga’ ada bantu. Kedua, yang gue bilang barusan ‘Telaah Kurikulum’.

Kembali ke malamnya. Gue menghubungi temen sekelompok gue MO. Namanya Idona.
“Don, coba tanyain file makalah Telaah kami udah dikirim belum?”
“Belum, gue liat tadi belum kelar. Eh file makalah kit ague kirim ke facebook lo yah?”
“Lah, besok kan bisa don”
Ga dibalas.

Karena makalahnya (MO) belum kelar, gue berfikir ‘Ah, besok aja deh gue kerjain di kampus. Itu mah cepet ngerjainnya’

Bener. Gue ga’ cek facebook. Gue udah janji bakalan ngerjainnya dikampus. Gue bangun cepet soalnya masuk jam setengah Sembilan. Pertama mata kuliah praktikum Bahasa Arab. Ada hafalan.
Dosen: “Akhi, Hamdan bahasa arabnya Kipas Angin”
Gue:    “Anu… eh.. tun… aduh” Gue melirik salah satu temen gue yang mencoba member tahu gue jawabannya, dan
Gue:   “Najorotun”
Dosen: “Siapa yang ngasih tau?” Dia curiga.
Gue:   “Kan, minggu kemarin udah dipelajari, ustadzah” Gue senyum senyum, supaya Ibu dosennya percaya.
Dosen: “Akhi Hamdan, bahasa arabnya Kacamata”
Gue:    “Tun.. e.. tun..”
Dosen:  “Najo…” Ibu dosen coba ngebantu.
Gue:    “Najotun” Dengan pasti gue jawab itu. Padahal salah.
Dosen: “Najorotun” Dosen perbaiki jawaban gue yang salah.

Ada beberapa pertanyaan dan semuanya gagap. Gue ga’ tau jawabannya, yang gue tau waktu itu. Semua hafalannya pakai ‘Tun Tun’ gitu dibelakangnya. Untung ga’ gue bilang Atun, Zaitun, atau Pantun. Hehehe

Sehabis mata kuliah praktikum itu (Bahasa Arab) gue siap-siap maju untuk mempresentasekan makalah kami yang berjudul ‘Kepemimpinan dalam Organisasi’
Gue sekolompok dengan temen gue yang bernama Mahda, Idona, Maulidya.

Awalnya sih baik-baik aja.
Dosennya ga’ dateng soblog. Dan sesuai amanah beliau ‘Kalau bapak ga’ datang. Kalian tetap presentase aja’

Dipandu dengan Mahda, gue dan yang lain memulai. Gue dan mereka akan segera memulai. Besedie. Semua adik-adik semester bawah yang mengambil mata kuliah ke atas udah siap. Jadi, begini soblog. Dikampus gue, kalau misalnya IP kamu tinggi, kamu bisa ngambil mata kuliah ke atas.

Gue dan kedua temen gue ini di depan asik becanda aja. Ketawa sana sini. Jahil kepada temen.
“Eh, bilang aja udah siap presentasi ‘Mungkin sekian terima kasih’ gitu. HAHAHAHA, ga usah ada yang nanyak” Disambut degan gelak tawa kami yang menyerupai Dajjal.

Beberapa kali kami di depan rebut banget. Gue juga ketawa-ketiwi  aja kerjaanya. Mungkin karena dosennya ga’ dateng.
Makalah telah disajikan dengan baik, dimana Mahda pembicara pertama, gue Kedua kayaknya, gue lupa.
Awalnya oke oke aja.
Selesai makalah. ‘Masuklah kita ke sesi tanya jawab’ Ucap moderator yang mana tangan-tangan pencari nilai berdiri tegak diudara.
Kami memilih tiga penanya pertama. Dengan banyak bercanda kami memberikan jawaban atas tiga pertanyaan yang ada.

Belum puas dengan jawaban kami. Kami memberikan untuk dua penanya kembali. Nah, disini masalah mulai ada. Salah seorang adik kelas yang berjenis kelamin cowok nanyak. Sebelumnya kami udah seleksi, bahwa ‘Yang udah pernah nanyak. Ga usah dulu’ Biar adil maksudnya.

“Iya silahkan” Moderator member waktu kepada adik an kami itu.
“Terima kasih kepada moderator” Dia ucap salam ga’ yah? Gue lupa “Nama saya R*dw*n dari kelompok” Gue lupa kelompok berapa skip aja “Yang ingin saya tanyakan adalah. Begini ‘Misalnya kita mempunyai organisasi. Dan kita akan memilih ketua, dan setelah kita memilih ternyata orang yang kta pilih itu, tidak memiliki bakat kepemimpinan. Menurut pemakalah bagaimana kita memahami dan mengetahui karakter seorang pemimpin?”

Sampai disini masih aman. Lalu…
“Kemudian, saya melihat para pemakalah. Mempresentasekan makalah tentang kepemimpinan. Tetapi saya lihat pemakalah tidak mencermikan kepemimpinan yang baik. Saya melihat moderator hanya duduk ditempat saja, dan tidak terkondisi dengan baik. Terima kasih” Gue ga’ ingat dia tutup pakai salam atau enggak.

Moderator kami Mahda langsung memerah wajahnya mendengar sindiran yang ditujukan kepada kelompok kami. “Balas… Balas…” Ucapnya pada kami.
Lalu pertanyaan adik kami yang sedikit menyinggung itu langsung ditepis oleh salah satu temen kami Maulidya.
“Mohon maaf kepada saudara ‘Tittt’ Mungkin saudara mengomentar Moderator kami yang duduk saja. Tolong anda lihat di presentase orang lain, mungkin tidak pernah ada mempermaslahkan moderator yang duduk. Dan kami mohon maaf atas perilaku kami sebagai pemakalah”
Semua diam,persis sholat Tahajjud dimalam hari. Dan akhirnya si adik terseut paham dan hanya menganggukkan kepalanya.

Sehabis itu. Gue kalau ngeliat Mahda selalu bilang “Mahda, berjiwa kepemimpinan dong” Setiap kali dia terlihat. Selanjutnya gue maju makalah Telaah yang kemarinnya harus gue kerjain. Dan kabar baiknya, gue ga’ harus ngerjain soalnya udah dikerjain sama mereka. Makalah berjalan baik.

Terima kasih kepada saudara R*dw*n. Gue jadi tau kalau orang itu harus bisa mengkondisikan dirinya dimana saja dan kapan saja.

Oke soblog. Kisah kepemimpinan gue itu aja dulu.
Jangan lupa follow ya twitter gue di @hamdanmoonthe


Jumat, 27 Maret 2015

SELAMAT JALAN OLGA SYAHPUTRA

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu…
Innalillahi Wa Innailaihi Razi’un
Buat para sobat bloggers semua. Mungkin sudah mendengar kabar ini. Olga Syahputra, meninggal dunia.

Sebagai seorang yang mencintai dan mengonsumsi dunia komedi. Saya sangat sedih mendengar kabar ini. Olga orang yang sangat member inspirasi kepada kita semua. Orang yang tak pernah memberi kesedihan.Tawa, dan kebahagian yang selalu terpancar diwajahnya.

Mungkin takkan ada sosok manusia di dunia ini yang bisa menggantikan dirinya. Saya yakin, tuhan hanya menciptakan satu manusia yang seperti dirinya. Dirinya yang selalu menjadi hal yang positif, dirinya yang lahir bagai magnet yang selalu memberikan kenyamanan untuk semua orang yang mengenalnya.

Semoga, kak Olga, bisa menjadi contoh kebahagian yang bisa kita teladani. Ia ibarat malaikat yang senantiasa menghibur orang yang sedang gundah gulana.

Puisi untuk Kak Olga:

‘Celotehmu kebahagian bagi kami…
‘Kata-katamu motivasi bagi kami…
‘Kedatanganmu senantiasa penantian terindah bagi kami…
‘Namun, kepergianmu adalah hal yang paling sulit untuk kami…
‘Tetaplah memberikan kebahagian, walaupun engkau tak bisa terlihat…
‘Tetaplah memberi motivasi, walaupun engaku tak lagi terdengar…
‘Senyumlah disyurga sana…
‘Karena kau begitu berharga…
‘Andai waktu bisa diulang…
‘Tak siap hati ini berpisah darimu…
‘Banyak kebahagian yang belum kami dapat, tetapi engkau telah pergi…
‘Kembalilah… Kembalilah… Kembalilah…
‘Kembalilah ke jiwa kami…
‘Engkau masih kami butuhkan…

Wah, tak siap rasanya sobat, melihat orang yang kita anggap menjadi motivator untuk kita, berpulang ke tangan Tuhan. Rasanya masih banyak hal yang kita butuhkan darinya.




Rabu, 25 Maret 2015

PACAR GUE ULANG TAHUN, LUCU

Malam soblog. Apa bakar?

Tanggal 23 Maret kemarin. Hari ulang tahun cewek gue. Cewek yang cerewetnya ngalahin berita pembunuhan di tipi. Ngalahin hebohnya waktu pesawat Air Asia jatuh. Pacar yang dari dulu ga’ pernah bisa merubah nada bicaranya.

Gue yang masih LDR-an sama dia malam itu tak sedikitpun memberi sesuatu yang special. (Gue emang ga’ romantis). Gue bukan anak Alay yang dateng malam-malam tengah dua belas kerumah cewek hanya untuk ngasih kue ulang tahun. Apalagi sengaja belajar gitar cuman buat nyanyiin lagu ‘Happy Bithday’ di hari ulang tahunnya.

Tau soblog apa yang gue kasih di hari ulang tahunnya? Hanya sebuah ucapan. Ucapan dari anak Alay yang lagi mengimprovisasi diri sedikit lebih romantic. Romantis sih romantis. Tapi, ada fakta yang cewek gue ga’ tau apa-apa soal kata-kata yang gue kirim melalui pesan singkat itu.

Di kejauhan sana gue yakin si doi lagi berfikir “Co Cweet… Aku dikirimin kata-kata yang romantic bingits’

Buat si do’i. Bukannya gue ga’ mau secara natural jadi cowok romantic. Emang gue ga’ bisa. Gue orangnya cuek. Banget. Jadi, maaf banget. Kata-kata romantic itu gue browsing di internet. Hahahaha. Setidaknya gue udah usahakan? Iya kan soblog.
Ini contoh kata-kata yang gue ambil dari internet.
“Met Ultah sayang, smoga slamanya kita bisa berbagi kasih untuk satu cinta dan smoga Allah SWT slalu menjaga rasa sayang diatara kita, Happy Birthday.” Keren kan.

Tepat jam dua belas malam lebih sedikit. Sedikit yah? Gue yang udah nyiapin kata-kata itu beberapa hari sebelum hari milad nya itu, segera mengirimkan beberapa ucapan yang udah siap untuk di persembahkan di ulang tahunnya.

Setelah beberapa yang gue kirim dia balas sms gue.
telpon napa, bang?’
Dalam hati gue berbisik. ‘Kalau gue telpon. Tengah malam begini, tetangga fikir gue cowok apaan lagi. Entar mereka fikir gue udah di booking sama tante-tante’ Idih ga’ banget soblog.

Jadi, dengan tak menggubris permintaannya gue kembali mengirim ucapan selamat ulang tahun untuknya. Kan gue pacar yang baik. Hehehe…

adek maunya di telpon loh bang’
Kembali sms dengan nada meminta itu kembali datang. Gue cuek, ga’ tanggapin. Lalu berlanjut ke ucapan gue yang berikutnya.
PANGGILAN MASUK
Pacar gue. Die menghubungi gue. Tanpa fikir panjang, gue langsung angkat. Gue antusias banget. Karena hape gue android. Asik. Cara ngangkatnya mungkin soblog udah tau. Bener, dibanting. Heh, ya enggaklah. Dengan cara menggeser warna hijau untuk mengangkat. Tiba-tiba, telpon mati.

Gue sms si doi.
cyank, knapa dimatikan. Pokonya slamat ulang tahun ya cyank. Tgl 03 abg balek ke kampung nemuin adek. Abg rindu sma adek’

Hipotesis yang kita dapat dari percakapan pesan singkat diatas, bahwasanya bukannya gue takut dikira yang enggak-enggak sama tetangga karena nelpon tengah malam tapi emang ga’mau nelpon aja. Buktinya, dia nelpon gue langsung angkat secepat kilat.

‘Gak ada pulsa adek , bang!’
Obaya. Sedihnya. Jadi adek punya apa dong? Punya abang? Cie cie. Kok bego’ gue kumat lagi yah? Soblog gue minum obat dulu yah? Oke?

Gue bales sok merendah.
Besok ajalah cyank. Abg jga udah nyoba nelpon. Tapi ga’ cukup, pulsanya abis untuk sms’
Gue cek pulsa *888#
Sisa pulsa anda Rp.5.450. Bohong banget gue nya. Hahaha…

Gue langsung tidur. Beberapakali doi ngesms gue bilang buat gue nelpon pagi. Gue iyain aja. Paginya, sampai sore gue ga’ ada nelpon. Soalnya gue masuk cepat soblog. Gue ingkar janji lagi soblog.

Malamnya doi nelpon gue. Dia yang nelpon gue. Gue jahat, jahat sejahat-jahatnya. Biarin cewek gue yang nelpon.
“Kenapa abang tadi pagi ga’ jadi nelpon?”
“Hehehe… Maaf dek, abang masuk pagi”
“Alasan”
Gue diem sejenak, berfikir apa hal yang bakal gue bahas di ulang tahunnya yang ke Sembilan belas tahun. Gue ada ide.
“Masa’ udah Sembilan belas tahun masih aja marah-marah, dewasa lah dek”
“Abang pula, selalu cari masalah”
“Adek juga”
“Abang yang duluan, yah”
“Ya udah lupain. Eh gimana ulang tahun adek tadi malam? Seru??”
Gue jago kan mengalihkan pembicaraan? Makanya soblog belajar dari gue. Insyaallah gue ga’ bakal bantu. Loh?

“Dirayain disini bang, sama kakak-kakakku dan kawan-kawannya?” Dia coba ngejelasin dari awal sampai akhir proses perayaan ulang tahunnya.
“Wah, enaklah yah?”
Gue berfikir ‘Gue ga’ pernah deh kayaknya ulang tahun diarayain’ paling pernah di ceplokin telor. Kalau gue di ceplokin telor waktu SMA dulu sama temen-temen gue. Gue pasrah tau ga’ soblog. Itu karena gue ga’ pernah ngerasain itu. Gue emang norak amat soblog.
Sekali di lempar. Gue langsung teriak dalam hati ‘Lempar lagi yang banyak temen-temen, biar gue pernah diceplokin sama telor’. Aneh bukan, bahkan gue seneng dibawa berkeliling kota sama temen-temen gue. Ide itu dari sahabat gue Alandi. Si polisi yang dulu gue raguin ke pemimpinannya. Hehehe… Kembali ke cerita aja.

Gue nanyak lagi nih soblog. Biasanya kan kalau ada yang ulang tahun, kita pasti nanyak tuh. Siapa orang pertama yang ngucapin. Nah, hal ini jugague tanyain dimalam itu. Tepatnya malam Selasa kemarin.
“Oia dek, siapa yang pertama ngucapin?”
“Adalah…”
Pasti gue. Dia mau nyembunyiin ‘hahahah’ gue tau itu pasti gue. Fikiran gue yang sok-sok an.
“Ada. Iya maksud abang siapa?” Padahal dalam hati gue bicara ‘ga’ usah dikasih tau. Itu pasti gue’
“Menurut abang siapa?”
‘Gue lah’ dalam hati gue bicara. Namun diucapan gue bilang “Yah, manalah abang tau. Yang ulang tahun kan adek, cepatlah dek, siapa?”
‘WOI… BILANG GUE’ Hati gue ngamuk. Kan, biasanya dimana-mana pacar duluan yang ngucapin.
“Elvi dan Juwita”
Singkat banget. Siapa pulak dua cewek yang namanya mirip biduan ini? Dan ternyata mereka adalah sahabat si doi. Sahabat yang gue juga kenal mereka. Sial banget, padahal gue fikir gue yang pertama kali ngucapin selamat dihari spesialnya itu.

Karena gue bingung kenapa bukan gue yang pertama. Gue ngomong dengan nada kesal.
“Loh, kenapa bukan abang. Padahal abg smsnya cepet loh”
Atau mungkin pihak sim card gue sengaja yah. Nunda-nunda sms gue terkirim. Ah, gue ga’ boleh Suuzon.

“Iyalah abang aja ngirimnya lama”
“Loh, jam abang pas jam 12 kok”
“Apa pulak udah lewat jam 12”
“Jam abang jam 12 kok”
“Berarti jam abang itu salah. Soalnya jam ku sama kok sama jam mesjid kami yang dikampung”
“Apa hubungannya, apa semua jam di Indonesia harus sama dengan jam mesjid kampung adek?”
“Iyalah” Jawaban dia pasti banget. Dia percaya banget dengan ucapannya.

Pengen banget gue bilang “Emangnya Mesjid orang adek itu Mesjid Nabawi yang ada di Mekkah?” Lagian nih soblog. Apa semua jam di Indonesia harus berpatokan dengan jam di Mesjid di kampung pacar gue? Ga’ kan? Gue bener kan? Ga’ semua jam harus sama dengan mesjid kampung pacar gue. Gue butuh pembelaan.

Kami pun membicarakan hal-hal lain yang gue ga’ sempet nulis. Oia soblog, tulisan gue itu gue ambil dari percakpan normalnya. Karena percakapan gue dan doi itu sebenernya kebanyakan ga’ kedengeran. Dia selalu bilang:
“Apa?”
“Apa?”
Mungkin seratus kali ada. Gue kesal soblog. Sambil gue bilang ke si doi “Adek Ke THT aja yah?”
Padahal gue tau dia ga’ atau apa itu THT. Hampir lupa juga ada percakapan gue dengan doi yang kurang nyambung. Begini.
“Jadi, waktu adek niup lilin? Apa make a wish adek?”
“Orang itu banyak bang. Pokoknya seru deh”
Setelah pertanyaan kedua yang sama dengan diatas gue lontarkan. Dia jawabnya juga ga’ nyambung. Akhirnya gue tau kalau pacar gue ga’ taua apa arti make a wish. Sebagai cowok yang baik gue akhirnya ngasih tau. Kalau make a wih itu. Ceplok telor. Hahaha, ya enggaklah. Pengharapan soblog.  Hahaha

Mungkin ini dulu, yang bisa gue bagi di malam ini. Janji si doi sih mau nelpon mala mini. Tapi sampai sekarang ga’ ada. Hampir lupa gue bilang juga, postingan ini permintaan dari salah satu blogger sebelah namanya Yunita Hutabarat. Katanya, dia pengen gue posting tentang pacar gue. Makasih buat beliau yang udah mau baca blog yang ga’ jelas ini. See you in next post

Jangan lupa follow twitter gue di @hamdanmoonthe


Selasa, 24 Maret 2015

NEMUIN CEWEK DIMALAM MINGGU

Sore soblog...
Apa bakar?

Gue kembali hadir disini buat ngehidur soblog dengan postingan ini. Sebenernya gue ga' bisa ngelucu. Cuman, terkadang gue lihat temen-temen gue tertawa mendengar celotehan gue. Celotehan yang ngasal, dan ceplas ceplos.

Saat gue nulis ini. Temen-temen gue lagi main kartu. Sedang tetangga gue sedang membicarakan parit belakang rumah gue yang tumpat. Gue santai aja, gue sesekali membalas sms yang masuk di posnsel gue.

Suasana kamar gue juga setidaknya sudah lebih rapi dari biasanya. Kalau biasanya Celana Dalam berserakan bebas dimana-mana, baju-baju yang telah usai dipakai seharian bergelantung dengan indah nan menjijikkan.

Atau hanya sekadar handuk yang sudah mulai berubah warna dari biru menjadi kehitam-hitaman. Semua itu memang masih ada, namun tak sekarang ditampilkan.

Empat hari yang lalu. Terakhir gue posting dengan Judul Ada yang Megang Pundak gue. Dan selama empat hari belakangan yakni, Jum'at, Sabtu, Minggu, Senin gue ga' ngeposting apa-apa. Rasanya itu sedih soblog. Soalnya gue ga' bisa nepatin janji.

Dihari yang melelahkan ini. Gue mau cerita apa yah soblog? Cerita hari malam minggu aja kali yah? Kita mulai. Malam minggu kemarin. Malam minggu yang gue laluin dengan mengunjungi rumah kumpulan cewek yang mengenal baik sepupu gue Bolon dan Asril. Sebut saja nama orang yang kami temuin itu X.

"Kita kerumah si X, yuk?" Ajak Bolon dengan wajah cengengesan.
"Gue sih oke-oke aja?" Jawab gue seadanya, yang mana seingat gue. Gue sedang memainkan HP gue yang akhir-akhir ini jarang gue pegang.
"Ayok ayok ayok"
Si Asril ini paling semangat. Yang satu lagi si Boydo ga' ikut. Soalnya dia pergi menemui temennya di daerah Mandala. Medan.

Lalu dengan style alakadarnya. Gue dan mereka berangkat. Oia, gue lupa kalau sebelumnya Bolon pergi dulu untuk membelikan gorengan, hanya untuk sekedar basa-basi apabial telah sampai di kos cewek-cewek itu.

Berangkatlah kami dengan menaiki motor ala cabe-cabean. (Bonceng Tiga maksudnya).
Gue memilih duduk paling belakang. Soalnya ditengah sempit. Belum lagi hal lain yang ga' perlu gue ceritain.

Gue ga' tau Kecil (Asril) dan Bolon mengucap basmallah atau ga'. Kalau gue kayaknya ga' soblog. Hahahaha.
Sampai di lokasi kejadian. Asyik. Bolon langsung berniat mau ngesms. Ngambil HP dan memutar balik motor yang ternyata udah kelewatan.

Ta..Ra..
Dua manusia berjenis kelamin perempuan tepat di depan kami. Dua-duanya berambut keriting maksimal. Yang satu megang HP dan yang satu. Gue ga' ingat soalnya perhatian gue ga' kesana. Mereka membawa kami menuju rumah sederhananya.

Kamis, 19 Maret 2015

ADA YANG MEGANG PUNDAK GUE

Malam soblog. Apa bakar?
Malam ini langit begitu indah, walaupun ga’ ada efek-efek kayak bintang dan bulan, tapi tetep, overall gue suka. Loh, kok jadi gini.

Malam ini, gue mau ngomongin apa? Soal ayah, udah? Soal kampus. Gitu-gitu aja. Jadi gue kadang bingung soblog harus tiap malam posting, tapi materi ga’ ada. Lo tau kan maksud gue, kayak harus masak tiap hari, tapi harus dari menu sendiri. Sedangkan, alat dan bahannya ga’ ada.

Walaupun demikian, gue usahain tiap malam harus posting. Karena dari setiap kedisiplinan, akan ada jiwa yang baru lahir dalam diri. Asek. Kadang gue sok pinter amat yah. Padahal, mah aslinya ya emang pinter.

Kita mulai dari ngomongin perjalanan gue hari ini dulu. Gue bangun, melihat jam yang tertera di HP gue. 08.35. Shit, padahal gue masuk jam 08.45. Gue langsung bangkit dari tempat tidur. Gue mau nampung air buat mandi. Soalnya pipanya belum sampai ke kamar mandi, sehingga harus nampung air diluar rumah. Tepan di depannya, disamping pohon Mangga tetangga.

Airnya kecil banget volumenya. Lebih deras Buang Air Kecil gue deh kayaknya. Kesel banget liatnya soblog. Gue di PHP-in sama air. Ga’ sampai penuh gue akhirnya memutuskan buat mandi. Karena dikamar mandi, masih ada air yang tersisa tadi malam. Setidaknya gue ga’ cuman cuci muka aja.

Okeh gue mandi dengan air seadanya. Membasahi diri mulai dari ujung kaki ke ujung kepala. Kayaknya kebalik deh. Cob ague review ulang. Iya, emang kebalik. Yang bener, dari ujung kepala ke ujung kaki. Kalau dari ujung kaki ke ujung kepala, itu nyanyi T.R.I.A.D.

Selesai mandi, gue langsung mengenakan pakaian gue, menyiapkan diri buat ke kampus. Gue ga’ sarapan, dasar anak ajaib. Kalau kemarin, gue beli Nasi Guri sebelum ke kampus. Nasi Guri itu sarapan khas Medan soblog.

Berangkatlah gue ke kampus dengan menaiki mobil pribadi gue. Angkot. Sampai dikampus dosennya udah dateng. Dosen praktikum Bahasa Arab, soblog. Kalau boleh gue deskripsikan, dosen gue ini cantik banget. Persis orang Arab yang kesasar di Indonesia. Perkuliahan berlangsung dengan begitu hikmat. Upacara kali ah.

Habis mata kuliah ini, lanjut Manajemen Organisasi, dilanjut dengan mata kuliah Telaah Kurikulum. Di Mata kuliah telaah ini, gue nanyak sama pemakalah loh soblog. Pemakalah kala itu Nini, Azi, Rais, Fiqih, Atifah, dan Idona. Duduk sejajar dengan meja Dosen. Sedang para audience duduk membentuk later U.
“Assalamualaikum, warahmatullahi, wabarkatu” Gue beri salam namun jantung udah dag dig dug. Kalau  gue nanyak emang selalu deg-degan soblog. Enggak tau kenapa.
“Saya Hamdan Munthe, dari kelompok” Diam sejenak, gue melirik ke salah satu temen sekelompok gue “Kita kelompok berapa?” Dengan jarinya yang sedikit mengeriput nan manis dia menyembunyikan ibu jarinya pertanda ia menunjukkan angka empat.  “Empat. Ingin bertanya begini ‘Dalam makalah ini dalam komponen isi Kurikulum saya melihata ada konsep kurikulum, yang ingin saya tanyakan, dalam sumber lain yang saya baca. Ada empat konsep kurikulum. Namun yang saya tanyakan hanya dua, yakni Kurikulum Subjek Akdemis, dan Kurikulum Humanistik” Nafas gue terengah-engah. Ada rasa lega ketika gue selesai.

Tiba-Tiba.
“Kepada, saudara Hamdan. Tolong diperjelas pertanyaannya.”
Gue yang saat itu udah mereasa liege kembali ditanya lagi. Gue ga’ berdiri lagi, gue duduk dan mengulangi pertanyaan gue.

Selesai mata kuliah telaah. Gue Shalat Dzuhur, dan satu mata kuliah lagi yakni Analisis system pendidikan. Tapi, dosennya bilang ga’ masuk. Lalu gue pulang.

Nah, hal yang ingin gue ulas disini adalah tentang shalat yang gue lakuin tadi. Begini ceritanya. Siapin teh manis di depan kalian soblog. Karena ceritanya sedikit mengganggu otak. Bohong.

Selesai mata kuliah Telaah yang gue bilang tadi. Gue yang pengen dibilang rajin. Sok nguat-nguatin suara.
“EH… SHALAT YUK?”
Lalu salah satu temen gue ada yang berjalan menuju mesjid. “Rul, shalat yok”. Dengan sekali anggukan, gue tau dia mengiyakan apa yang gue bilang.

Sebelum shalat tentunya gue wudhu dong. Gue ke kamar mandi dulu sebentar. Tau ga’ kamar mandi mesjid kampus gue ini. Banyak banget coret-coretan. Ada salah satu perkataan yang niatnya mau ngingetin, eh malah jadi lucu.

Ada tulisan begini ‘JANGAN CORET-CORET DINDING’ Mungkin orang yang melihat itu membatalkan niat buat coret dinding kamar mandi itu. Tapi, soblog tau apa? Dibawahnya gue lihat lagi tulisan lain, yang berbunyi ‘KAU AJA CORET-CORET DINDING’. Hahahah, lucu juga bacanya soblog. Logika gue langsung jalan. ‘Ia juga, yah? Dia aja ngingetinnya dengan mencoret dinding.

Ada juga tulisan yang bales-balesan. Gue lupa apa aja isinya. Entar gue liat-liat dulu lagi. Selesai dari kamar mandi, gue langsung wudhu sesuai dengan cara-caranya. Gue lalu wudhu dengan begitu maksimal.

Gue langsung menuju mesjidnya. Ditangga pertama, ada keset, gue membersihkan kaki dengan gaya shuffle ala dancer. Di depan gue ada seorang pria yang menggangu langkah gue menuju tangga kedua. ‘CEPAT WOI’ Pengen gue bilang gitu. Tapi, ini mesjid. Dan mungkin gue ga’ bakal berani. Soalnya badannya kayak Dajjal gitu. HAHAHAHA… Emang badan Dajjal gimana sih?

Masuk kedalam mesjid, gue langsung melihat lautan manusia yang tidur dengan arah hampir wajah hampir bersamaan. Mengarah ke langit-langit mesjid. Beberapa ada juga yang membelakangi orang yang disampingnya. Ala-ala tidur manja Syahrini.

Gue langsung cari lokasi agar orang ga’ bisa memashbuq  soalnya gue ga’ mau jadi Imam. Selama ini gue ga’ pernah di mashbuq. Soblog tau kana pa itu Mashbuq. Mashbuq itu begini soblog pengen shalat sendirian. Mulailah soblog shalat. Lalu tiba-tiba ada yang megang pundak soblog. Itu tandanya orang itu nyuruh soblog jadi Imam. Itu namanya Mashbuq.

Gue ga’ pernah ngelakuin itu soblog.
Gue sengaja shalat di depan tiang penyanggah Mesjid ini. ‘gue disini aja ah. Biar ga’ ada yang megang pundak gue’



Lalu masuk di Rakaat kedua. Gue mulai mendengar bisik-bisik aneh dibelakang gue. Gue jadi ga’ konsentrasi shalatnya. Beberapa kalimat gue denger sedikit nyuruh temennya. “Kita berimam yah?”
“Ya udah, pegang pundaknya” Jawab temennya yang satu lagi.

Gue udah deg-degan nih soblog. Lalu dengan sekali mengeluarkan Co2 dari mulut gue.
‘PUG’ pundak gue ada yang megang. Persis orang mau hipnotis. Gue langsung bingung. ‘Aduh kenapa ditepuk sih’ Kesal gue saat itu. Lalu gue mulai bersuara dengan ucapan “Allahuakbar”

Gue jadi Imam. Tapi, sepertinya shalat gue ga’ bakal diterima deh. Soalnya gue kan ga’ khusyuk shalatnya. Gue selesai shalat,langsung do’a dan meninggalkan dua bocah yang udah buat gue malu terhadap diri sendiri.


Mungkin dalam hati mereka ‘Ini orang begok amat,yah?’

Mungkin itu dulu soblog. Jangan lupa yah follow twitter gue di
@hamdanmoonthe