Hai soblog..
Apa bakar??? Sehat kan???
Lama ga’ ngepos, gue jadi kangen sama sobat bloggers
semuanya. Sebenernya bukan ada halangan untuk ngeblog. Lagi-lagi karena kata
malas yang membuat gue harus absen dari blog beberapa minggu ini.
Di postingan kali ini, gue mau membahas yang terjadi pada
gue, kemarin. Dari judul diatas, para soblog tentu berfikir. ‘Apa maksudnya’ ya
kan, ya kan? Hahahaha. Gue kok seneng amat hari ini? Soalnya followers twitter gue nambah satu.
Pengen sih gue rayain dengan motong nasi tumpeng. Tapi
sayangnya, gue ga; bisa buat nasi tumpeng. Masak nasi biasa aja selalu berubah
jadi bubur. Kalau enggak masak nasi eh waktu diangkat jadi beras lagi. Aneh
kan?
Karena ceritanya mulai lari dari jalur. Kita benerin lagi
yah? Okeh?
Kemarin, hari Jumat. Berhubung minggu kemarin mata kuliah
gue berkurang satu. Sehingga kemarin gue tinggal satu mata kuliah lagi. ‘Matematika
Diskrit’
Karena gue ga’ punya buku paket di mata kuliah itu. Gue
minjem nih ke salah satu temen gue dikelas sebelah, yang kebetulan hari itu
juga masuk dimata kuliah Matematika diskrit. Emang gue sering minjem buku
setiap hari Jumat.
Dosen masuk. Masuk kandang. Hahaha, masuk kelas maksudnya.
Masa kandang, emangnya dosen kami Tumbuhan apa? Oala salah lagi. Emangnya dosen
kami Hewan apa? Enggak kan?
Pembelajaran dimulai.
“Hari ini, ibu akan memberikan soal MID kepada kalian, dan
dikumpul besok. Kalian maunya jam berapa? Jam sebelas apa jam dua?” Tanya dosen
member kesempatan untuk kami memilih. “KOSMA, jam berapa?” Tambahnya lagi. Udah
kenyang?? *apaan sih
“Jam 11 aja bu?”
Keputusan yang salah menurut gue waktu itu. Gue kan bangun
lama nih. Bisa-bisa gue ga’ sempet ngerjain kalau ngumpulnya jam segitu.
Akhirnya, dengan diam seribu bahasa gue menerima keputusan itu.
Dosen keluar. Keluar kandang. Aitss, gue salah ketik lagi.
Keluar dari kelas maksudnya. Kenapa dari tadi gue ingatnya kandang melulu yah?
Jangan-jangan naluri kehewanan gue yang membisikkan itu. *kita ke cerita aja
lagi ya?
Plantang plenteng, KOSMA maju ke depan. “Teman-teman, blab
la bla” jelasnya sesuatu yang kurang penting. Eh penting deh. Soalnya ini
masalah kampus. Info kedua “Begini teman-teman, bagaimana kalau kita
mengerjakan soal MID itu hari ini juga, jadi besok kita tidak perlu ke kampus
lagi”
Okeh juga. Fikir gue.
Dengan alur cerita yang gue males nulisnya. Akhirnya kami
dibagi kedalam empat kelompok untuk mengerjakan soal MID itu. Setiap kelompok
mengerjakan satu soal. Gue berada dikelompok pertama. Makhluk yang ada satu
kelompok dengan gue.
*Mbak fitri: Paling sibuk marahin gue. Sampai gue jadi
stress
*Wak Juli: Taunya Cuma nungguin jawaban doang. Dia sibuk
dengerin radio
*Juliana: Ngobrol doang sama Indra
*Indra: Temen Juliana ngobrol
*Dea: Grasak grusuk tak menentu
*Mamak (Nazla): Dia ngapain ya? Kayaknya Cuma megang HP
android aja kerjany
*Dila: Menggosip sama dea
Ya udah gue mondar mandir nanyain sama yang jauh lebih
pinter dari gue tentang jawabannya. Tanya sama Jessika (Mila) bukannya dapat
jawaban eh malah tambah oon guenya. Minta catatan Zahwa, eh catatannya ga’ lengkap.
Nah, nanya Desi barulah otak gue sedikit mencair. *untung ga’ meleleh.
Dikelompok lain udah pada sibuk nyari jawaban. Kelompok gue
sibuk nungguin jawaban. Akhinrnya dengan gentle
(Asik) gue mulai maju ke depan menjawab pertanyaan yang ada.
Gue udah tulis di depan. Ada aja makhluk yang jahil.
“HAMDAN, Tulis ulang lah yang cantik. Kami ga’ tau dari mana
baru kemana?” Suaranya mengalahkan auman Harimau.
‘Sabaaaar’ dalam hati gue. Padahala gue udah tegang pengen
mengutuk orang itu jadi orang utan.
Gue perbaiki lagi dengan cantik. ‘PUAS LO’
Emang yah? Dikelas gue ini ada aja makhluk yang ga’ puas.
“HAMDAN? Itu uda dijamin bener?”
Dikasih jawaban pengen yang bener. Eh, tanya dosennya lah.
Kalau mau bener lagi, sana gih shalat Istikharah dulu, minta pendapat Allah
SWT.
Belum lagi saat gue udah siap nulis dan mereka tulis kedalam
lemar jawaban. Ternyata ada sisa yang belum gue tulis. Gue maju lagi. Ada lagi
yang nyolot.
“LOH, yang tadi salah?”
“LOH, apa lagi itu Hamdan?”
“LOH, jawaban tadi uda kami tulis loh Hamdan?”
Ampunni hamba tuhan.
“INI PENAMBAHAN” Suara gue masih lembut disini. Gue ga; mau
sisi kebaikan gue pudar hanya karena kalimat-kalimat diatas.
“OH…. Banyak ga’?
“Kayaknya ga’ muat lagi lah?”
Hem. Gue pasrah. Teman-teman ini emang yah, bikin emosi aja.
Itulah sekilas perjalan gue kemarin. Lalu apa hubungannnya
dengan Judul diatas? “DARA MANIS”
Begini.
Buku yang gue pinjem ternyata hilang. Padahal waktu gue
pinjem sama temen gue itu dia bilang “Jangan ilang ya, Hamdan” Gue dengan pede
jawab.
“Mana mungkin gue ilangin”
Lalu ternyata emang bener bukunya ilang. Tadi bukunya
tukeran sama Dea. Dea emang udah bilang sama gue. “Hamdan, buku kita ketukar”
Gue dengan santai bilang. “Nanti ajah” Karena gue masih
sibuk ngerjain soalnya.
Dan sekarang ilang. Gue stress. Tanya Dea. “Tadi aku letakin
disini, Hamdan”
“Jadi mana. Itu aku pinjem loh Dea”
Gue modar-mandir. Emosi gue belum memuncak sampai disini.
Saat gue keluar mau nyari tahu mungkin ada temen yang tak sengaja ambil
bukunya. Tiba-tiba wajah gue dicoret sama kue Ulang tahun. Pelakunya itu
Rafsanjani, si kampret satu itu buat gue emosi. Gue lagi stress nyari buku
bisa-bisanya dia masih main-main.
Gue tau emang walaupun gue emosi. Wajah gue masih imut
(hehehe) tapi gue lagi stress nyari buku itu. Padahal gue udah janji bajalan
jaga buku itu. Semua orang gue tanyain. Dea ikut andil mencari.
Saat gue masih sibuk, Dea datang.
“Hamdan…. Ini bukunya?”
Alhamdulillah. Fikir gue.
“Tadi kebawa sama Wahida”
Liat kan soblog. Semua temen gue emang cari masalah hari itu
sama gue.
Sebelum dapet gue sempat tanya sama Khairul siapa nama atau
apa tanda-tanda buku itu.
“Ga’ au namanya Hamdan. Pokonya ada namanya ditengah-tengah
lembar pertama”
Gue cek buku yang dikasih sama Dea.
Tertulis nama Indah “DARA MANIS” dan tanda tangan cewek itu
dibawahnya. Gue tanya temen sekelas tak ada yang tahu siapa Dara Mani situ.
Kelas sebelah gue. Mereka masih belum keluar karena masih ada Dosen. Sepanjang
menunggu mereka nama Dara Manis berpuluh kali gue sebut. Dan temen-temen gue
juga membahas tentang si Dara Manis.
Rais sempet pengen minjam bukunya.
“Aku minjem bukunya lah”
“Jangan, ini Punya Dara Manis” kata gue, padahal gue belum
tahu siapa itu Dara Manis.
Sampai mereka (kelas sebelah) keluar. Gue kembaliin sama
temen gue itu (Ayu) bukunya dan nanya siapa itu Dara Manis.
“Yu, buku yang gue
pinjem namanya Dara Manis. Siapa sih itu?”
“Ada deh” Katanya.
Sampai sekarang gue belum tau siapa itu Dara Manis. Gue
masih penasaran, dan sepanjang jalan menuju gerbang temen-temen nanyak. “Hamdan
siapa jadi si Dara Manis itu?” Gue hanya bisa jawab.
“Ga’ tau”
Siapapun engkau Dara Manis. Makasih uda mau minjemin bukumu
untuk gue, walaupun sempat hilang. Tapi gue udah berusaha untuk mencarinya dan
akhrnya kembali ke tanganmu. Minggu depan aku minjem lagi yah Dara Manis.
Heheheh
Oke soblog sekian dulu yah?
Bye…. Jangan lupa follow
@hamdanmoonthe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar