Jumat, 10 Oktober 2014

CERPEN KISAH "SYAHBOLON MUNTHE"



Bolon begitu nama sapaanku setiap hari. Dalam bahasa Batak Mandailing, Bolon itu berarti besar. Setelaha gue perhatiin badan gue tidak terlalu besar, jadi apanya yah yang besar. Ah, aku jadi penasaran sendiri terhadap diriku sendiri.
Umur yang sudah tak muda lagi kiranya membuat aku sudah berpengalaman dalam dunia percintaan. Tetapi jalan cerita cintaku tak pernah semulus paha Cherrybelle, ataupun selurus rambut Jenita Janet. Cerita cintaku selalu saja dibumbui dengan masalah yang menyakitkan.

Kini, aku tengah bersedih karena kekasih yang kuanggap setia, kembali ke pelukan mantannya. Suci (Nama Samaran), pacarku tega mengkhianati hubungan yang selama ini kami jalani berdua. Entah apa yang salah dariku, ia tega meninggalkan aku demi pria yang katanya sudah bekerja itu.

Pernah sekali aku bertanya pada suci tentang pengkhianatan ini:
“Kenapa sih, kamu tega mengkhianati cinta kita?”
Apa yang aku dapat dari mulut manisnya itu.
“Kamu itu terlalu kasar, dan sibuk dengan aktifitasmu, sedang dia selalu ada untukku”
Jawaban yang sama sekali tak memberikan aku rasa bersalah, malah aku merasa ia memang sengaja untuk menyakitiku karena dia tau aku belum bisa dan mungkin tidak akan pernah bisa membahagiakannya dengan keadaanku yang serba kekurangan ini.

Yah, aku hanya seorang anak kost yang berjuang mencari relasi yang banyak untuk mendapatkan pekerjaan kelak setelah tamat dan mendapat nama belakang yakni Sarjana. Namun, mungkin ia tak perduli dengan apa yang tengah kujalani ini. Ia lebih mementingkan kesenangan dunia yang hanya sementara ini. Benar saja, dengan pria itu dia bisa jalan kesana, kemari, kemanapun ia hendak pergi.

Kekurangan yang aku miliki saat ini menjadi salah satu alasan ku untuk tetap bertahan dalam kondisi yang sangat sakit ini. Sering aku melihat ia berboncengan dengan pria itu dengan mesra, sedang aku hanya bisa merenungi nasibku dari atas angkot yang sangat panas, dan gerah.

Memandangi pemandangan yang menyedihkan itu, aku hanya bisa bergumam dalam hati “Ya Allah, saat ini aku duduk bersempit-sempitan dalam angkot. Aku berharap dikemudian hari aku bisa membawa keluargaku dalam mobil yang besar yang disertai AC” Sedikit norak, tetapi itulah doaku dalam hati.

Setiap hari aku melihat dia di kampus, kebetulan kami berada dikampus yang sama. Dia tak pernah memperdulikan aku, sedang aku selalu memperhatikan setiap gerak-geriknya. Itu dikarenakan betapa aku cinta terhadapnya. Tapi, itu tidak pernah ia hiraukan, dan mungkin ia tak akan pernah lagi menganggapku ada.

Dia sering memalingkan muka didepanku ketika ia berjalan di koridor kampus dengan teman-temannya, dan aku berjalan sendirian menuju kelas. Teman-temannya selalu menjahilinya dengan berkata:
“Eh, eh pacar kamu, Ci” Ledek teman-temannya.
“Apaan sih, dia itu MANTAN, ingat yah MANTAN” Cetusnya dengan sedikit suara dikuatkan ketika aku tertunduk lewat didepannya.
Salah seorang dari mereka mungkin kasihan dengan perkataan itu, lalu dengan nada lembut berkata.
“Ci, dia itukan cowok yang baik, rajin shalat, kok kamu tega sih sama dia?”
“Idih, cowok baik. Kalau kamu ambil aja, banyak cowok seperti itu dipasar sana”
Hatiku sakit, seperti petir beruntun menyambarku, kata-kata itu seperti hinaan yang palin dalam untuk hidupku. Aku sedikit mempercepat langkah kakiku hanya untuk menghindari hinaan-hinaan darinya.

Mungkin ia telah memilih lelaki yang tepat (Menurutnya), lelaki yang selalu ada setiap hari untuknya, membelikan apa keperluannya. Sedang aku kadang harus makan tak makan demi melanjutkan studiku. Sakit memang harus merantau demi mendapatkan satu kata “SARJANA”.

Hari demi hari kulalui dengan semangat. Semester demi semester kulalui, semua perkuliahan kulalui dengan mahasiswa kebanyakan. Masalah pun tak pernah luput dari kehidupannku. Aku pernah tak makan sampai dua hari, hanya minum air sumur yang kumasak bersama adik-adik kost ku, aku juga pernah hampir diusir karena tak bisa melunasi uang kontrakan ku. Anak kost memang tak luput dari pinjam meminjam uang, itupun pernah aku lakoni demi sesuap nasi.

Sering kali aku dicari-cari orang hanya sekedar meminta uang. Bahkan juga sampai aku menggadaikan beberapa barangku demi uang.

Dan mimpiku selama ini untuk kebahagian orang tua sudah di depan mata. Pacar yang mengkhianatiku kini meminta aku untuk kembali kepadanya, tetapi aku masih belum bisa memastikan iya atau tidak. Aku focus untuk menyusun skripsi, dan memberikan hadiah kepada orang tuaku yakni Sarjana.


Oleh:
Hamdan Moonthe (Dengan Editan Yang lebih fresh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar