Hai sobat bloggers…
Apa bakar??
Pastinya sehat kan ??
Gue bakal ngelanjutin kisah kepantai gue.
Nah, dari cerita yang gue katakana semua itu bener terjadi
loh soblog…
Mari kita lanjutkan ceritanya…
Sesampainya dikampus dan berangkat bersama bg Rizal.
Gue sebelumnya belum pernah melewati jalan ini, jalanan yang
begitu asing buat gue. Jalanan yang rusak, banyak debu, kerikil. Semuanya
dech..
Perjalanan kami dimulai dari kampus, selanjutnya ke daerah
laut dendang, dan sampai pada jalan yang rusak daerah batang kuis.
Karena belum pernah melewati jalan ini. Gue memerhatikan
setiap ada yang gue lihat. Gue emang terkesan norak. Gue liat ini itu, sedang
bg Rizal yah biasa aja. Mungkin dia udah sering ngelewatin jalan ini.
Banyak sekali yang gue perhatikan pada perjalanan kali ini.
Pertama gue liat burung bangau sedang mencari makanan di
tumpukan sampah (kasian banget).
Perjalanan dilanjutkan, banyak sekali pemandangan yang ga’
bisa gue lewatin. Bangunan-bangunan mewah, persawahan, jembatan, sungai dan
masih banyak lagi.
Seperti yang gue bilang perjalanan menuju rumahnya Nia (Si
Ulang Tahun) sangat banyak rintangannya. Rintangan yang paling buat gue sedikit
bosan adalah debu. Hampir seluruh wajah gue dipenuhin sama debu.
Sedang bg Rizal pakai helm, Gue ga’. Otomatis debu-debu
jalanan dengan leleuasa menempel diwajah gue.
Perjalanan pun dilanjutkan.
Ternyata mereka semua udah pada ngumpul dirumahnya Nia.
Sontak kedatangan gue membuat wanita-wanita ngeledekin gue. Beberapa perkataan
mereka yang gue ingat.
“Wohhh, Hamdan. Masak minta dijemput”
Itu yang pertama.
Ada lagi yang bilang gini:
“Kami aja perempua bisa sampai dikampus, masak kamu cowok
ga’ bisa sich”
Banyak kata-kata yang gue ga’ ingat lagi. Intinya mereka ga’
senang dengan keterlambatan gue.
Mereka pada ngeledekin gue.
Sebelumnya gue lupa bilang. Kalau gue belum sarapan. Nah,
berhubung biasanya si Ardi mau dimintain uangnya gue coba,
“Par, bagi jolo duitmu seribu, jajan”
(Par = sapaan untuk keakraban dalam bahasa mandailing)
Artinya
“Par, bagi dulu uangmu seribu, jajan”
“Udah ambil dalam bagasi” Dia memnerikan kunci motor yang ia
naiki, sedang ia lagi asyik telponan sama seseorang yang gue ga’ kenal. Dan ga’
penting juga gue kenal.
Gue ambil kunci itu dan membuka bagasi motor. Gue ambil
dompet, dan jahilnya gue. Bukannya mengambil uang seribu rupiah. Gue malah
ambil yang goceng. Soalnya seribu dapet apa coba?
GUe mabil dan gue jajanin.
Gue beli roti, dan beberapa makanan lainnya. Total semua
lima ribu rupiah…. Kebetulan yang jualan adalah keluarganya Nia sendiri.
Kami pun tak berapa lama disana. Hanya kurang lebih 15
menit. Kami akan melanjutkan perjalanan menuju pantai.
Pada saat ingin berangkat pun. Ada sedikit perdebatan dimana
gue ga’ mau bawa motor.
“Hamdan lho bisa bawa motor ga?”
Karena lagi ga’ mood
bawa motor gue jawab aja ga’.
Mereka heran kenapa gue ga’ bisa bawa motor padahal gue
bisa. Akhirnya gue berangkat dengan Ardi, sedang Bg Rizal dengan Nia. Dan Fitri
yang dibonceng sama Ardi tadi pidah ke Angkot.
Perjalanan dilanjutkan.
Ada fakta menarik sebenaranya kenapa gue ikut ke pantai.
Gue ikut ke pantai karena ingin makan siang aja. Soalnya
kami (anak kost) udah ga’ punya uang lagi. Sempat sebelum pergi temen kost gue
nanyak.
“Masa’ lho ke pantai ga’ bawa uang sepersen pun”
Yah, emang bener. Sepersen pun gue ga’ ada uang.
Ini menjadi masalah ke gue pada saat sampai di pantai.
Ternyata tiket masuk pantai itu bayar masing-masing. Gue ga’
punya uang. Gue bilang aja ke Ardi.
“Par, ini bayarnya gimana? Gue ga’ punya uang. Pakai uangmu
dulu yah?”
Untungnya Ardi lagi banyak uang. Ga’ kebayang kalau misalnya
dia ga’ punya uang. Gue dibiarian diluar, mereka mandi dipantai. Haduh, pasti
seih tuh.
Untuk dua orang kami dikenakan biaya 17.000 ribuah. Dimana
uang itu dibagi menjadi, 12.000 untuk dua orang, sedang yang lima ribu untuk
jasa parker.
Gue juga ga’ ngerti kenapa masuk kedalam pantai ini harus
bayar. Gue bingung. Ini kan punya Allah (Tuhan).
Manusia bebas dong menikmatinya!!
Kok malah bayar.
Emang tuhan ada nyuruh kita buat bayar…
Ouh iya…
Sebelum lupa..
Pertama ingin ke panatai. DIpersimpangan, kami sudah
ditawarkan begini:
“Gudang garam… Gudang garam aja bang”
GUe bingung. Gudang garam apa itu?
Ternyata gudang garam itu nama pantainya…
Kami tidak dipantai itu.
Kami berada di pantai “PANTAI PERMAI INDAH”
OKe soblog mungkin ini dulu yah…
GUe bakalan certain gimana keseruan dipantai..
Dalam postingan selanjutnya…
Byeee…..
ttd: @haha_hamdan1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar